Aliran monetaris dalam perkembangannya sejak pertengahan dasawarsa 60 meliputi berbagai sub aliran yang beraneka ragam. Sejumlah sub aliran masing-masing memberikan penekanan yang berebeda terhadap peranan bidang moneter dalam perkembangan ekonomi. Tampaknya memang agak sulit untuk memberi suatu definisi yang agak baku mengenai ruang lingkup materi dan sifat monetarisme.
Monetarisme yang dikenal dewasa ini dengan berbagai wajahnya pada hakikatnya merupakan suatu reformasi (perumusan ulang) dalam wujud yang baru dari teori kuantitas tentang uang sebagaimana mula-mula dikemukakan oleh Irving Fisher pada abad XX, yang benih-benihnya sudah terkandung dalam gagasan Jean bodin dari zaman Pramerkantilis dia bad XXI. Sama halnya dengan mazhab Keynes dan Neo Keynes, golongan Monetaris juga berdasar dari kenyataan adanya ketidak seimbangan sebagai kecenderungan dalam perkembangan ekonomi. Aliran Monetaris sangat menarik untuk di bahas karena inti pokok pandangan golongan monetaris membahas tentang :
1. Sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional
Sebab-sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional menurut Friedman bersumber semata-mata pada tingkat permintaan uang, dimana volume permintaan uang ini tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam masyarakat. Oleh sebab itu menurut Friedman, sebab yang paling penting adalah untuk menguasai volume uang dalam peredaran. Sebab jumlah uang itu yang mempengaruhi jumlah pengeluaran secara menyeluruh. Hal ini satu sama lain akan berdampak pada pertumbuhan dan kestabilan ekonomi.
Sementara itu juga diakui, monopoli dan oligopoli dalam persaingan. Akan tetapi adanya monopoli dan oligopoli tidak begitu besar bobot penagruhnya terhadap proses kegiatan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Selama jumlah pasok uang dapat dikuasai, akhirnya dalam perkembangan waktu tingkat harga dan keadaan ekonomi menjadi stabil dan maju.
2. Kebijaksanaan moneter
Menurut pemikiran Keynes, kebijaksanaan ekonomi yang harus dilakukan pemerintah adalah kebijaksanaan fiskal yang anti siklus. Golongan monetaris mengalihkan perhatian dari kebijaksanaan fiskal ke kebijaksanaan moneter. Upaya untuk menanggulangi goncangan-goncangan kegiatan ekonomi dilakukan dengan melakukan kebijaksanaan moneter dengan menguasai pasok/penawaran uang. Diakui dalam suatu masa transisi akan terjadi goncangan harga. Tetapi setelah beberapa waktu berlalu harga itu akan memncerminkan gerak perkembangan yang ada sangkut pautnya dengan pengadaan jumlah uang. Selama pasok uang dapat dikuasai maka pada waktunya kestabilan harga juga akan terpelihara. Pasok uang harus dikuasai dalam arti tingkat-tingkat pertambahannya harus dikendalikan sesuai dengan bertambahnya kebutuhna dunia usaha.
3. Pasok uang harus mencerminkan kebutuhan dunia usaha
Pasok uang harus dikuasai dalam arti bahwa tingkat tambahannya harus dikendalikan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Golongan monetaris berpendapat bahwa selain di bidang moneter melalui pengelolaan pasok uang oleh otoritas moneter (Bank Sentral), pemerintah tidak boleh berintervensi secara aktif melalui kebijaksanaan ekonomi (kembali pada persainagn bebas).
Pengalaman empiris sejak pertengahan dasawarsa 70 sampai sekarang membuktikan bahwa pemikiran golongan monetaris pun tidak mampu untuk memecahkan masalah-masalah pokok dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Kesulitan yang timbul dalam praktik untuk menilai dan memantau secara tepat factor yang mana dalam dunia moneter yang merupakan sebab bagi perubahan ekonomi (apakah pasok uang mempengaruhi kebutuhan usaha atau sebaliknya) atau hubungan sebab akibat itu yang justru berkebalikan. Ataukah kedua variable itu daalm perkembangannya harus dianggap co-incidence (kejadian yang kebetulan saja).
Di samping itu juga dialami kesukaran untuk memperoleh suatu konsensus yang dapat memberikan arti operasional kepada pengertian kunci: agregate supply of money. Artinya unsur-unsur mana saja secara operasional yang harus dicakup dalam pengertian agregate supply of money: uang tunai plus uang giral plus deposito berjangka, dan bagaimana dengan tabungan, premi badan-badan asuransi, kartu kredit dan yang lain-lain. Bebebrapa yang disebutkan terakhir akan sulit untuk mengamati sebagai pasok uang.
1. Ekspansi kredit domestik
Sehubungan dengan kesulitan untuk menjabarkan secara operasional tentang pasok uang, maka dalam perkembangannya pengertian pasok uang diganti dengan konsep yang lebih luas dan dianggap lebih maju. Tolok ukur yang kini digunakan untuk perubahan-perubahan pasok uang dikenal dengan istilah domestic credit expansion.
Kebijaksanaan moneter kini dipusatkan pada pengelolaan gerak gerik pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga, disertai alat moneter tradisional oleh Bank Sentral yang berupa open market operations.
2. Pengendalian tingkat bunga
Pada awal tahun 80, inflasi dapat diatasi. Tetapi ironisnya penurunan tingkat inflasi bukan melaui kebijaksanaan pengelolaan pasok uang tetapi melalui pengendalian tingkat bunga. Inflasi yang membumbung tinggi sudah mencapai dua digit. Dalam bagian pertama dasawarsa 80 an, bunga di negara-negara industri naik sampai pada tingkat yang belum pernah dialami dalam dasawarsa-dasawarsa sesudah Perang Dunia II. Dengan tingkat bunga tinggi, inflasi dapat ditanggulangi dan tingkat harga turun, tetapi kegiatan ekonomi menjadi macet berbalik menjadi resesi. Resesi tahun 1982/1983 adalah yang paling tajam dan belum pernah terjadi sejak zaman depresi dasawarsa 30. Akibatnya pengangguran meluas, terutama di Eropa Barat yang sampai saat ini masih mengalami adanya pengangguran. Kebijaksanaan moneter juga ditujukan pada pengelolaan gerak-gerik di pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga denagn menggunakan alat moneter yang tradisional yaitu open market operations.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya,antara lain:
1. Pokok pemikiran aliran monetaris
2. Tokoh aliran monetaris
3. Perbedaan aliran monetaris dengan aliran keynesian.
4. Kelemahan dan kelebihan aliran monetaris
PEMBAHASAN
1. POKOK PEMIKIRAN ALIRAN MONETARIS
Selama tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton Friedman dari Chicago University (kini hijrah ke Stanford University) telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran moneteris (monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan tentang kurva Phillips (kurva yang menunjukkan bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah saling berkebalikan).
Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman “inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”. Pertumbuhan moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat yang rendah.
Adapun gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah :
Sektor atau perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil.
Kebijakan makroekonomi aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter hanya akan membuat keadaan perekonomian menjadi lebih buruk. Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”. Dengan perkataan lain, kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang seminimum mungkin di dalam perekonomian.
Seperti halnya dengan aliran Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa harga-harga dan upah di dalam perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan.
Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang sangat penting dari tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Berbagai pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang penting , yaitu :
1. Stabilitas di dalam pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan makroekonomi.
2. Kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat stabilisasi yang efektif.
2. TOKOH ALIRAN MONETARIS
Sebetulnya aliran monetaris sudah berdiri sejak lama. Hanya saja pandangan-pandagan kaum monetaris ini baru diperhatikan setelah terjadinya kasus membubungnya inflasi yang dibarengi dengan semakin tingginya tingkat pengangguran pada tahun 70-an. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912-…), profesor ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di komisi Sumber Daya Alam di Washington, ia bergabung sebagai staf peneliti National Bureau of Economic Research tahun 1937 (dalam usia 25 tahun!). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam mengembangkan ilmu ekonomi, ia mendapat Hadiah Nobel tahun 1976.
Pandangan-pandangan Friedman dapat diikuti dan berbagai buku, jurnal serta artikel-artikel populer di majalah dan koran- koran Amerika. Buku-buku penting yang ditulisnya antara lain: Taxing to prevent Inflation (1943); A Theory of the Consumption Function (1957); A Programme for Monetary Stability (1960), Price Theory (1962); Capitalism and Freedom (1962); bersama Anna Schwartz menulis A Monetary History of the United States 1867-1960 (1963); Inflation: Causes and Consequences (1963); The Great Contraction (1965); The Optimum Quantity of Money (1969); A Theoritical Framework for Monetary Analysis (1971); kumpulan tulisan populer There ‘s No Such Thing Such as a Free Lunch (1975); Monetary Trends in The United States and the United Kingdom (1982) dan Bright Promises, Dismal Performance (1983).
Antara Friedman dan monetaris sering dianggap sebagai synonyms. Tetapi ini tidak berarti ia sebagai satu-satunya. Tokoh-tokoh lain yang dianggap sealiran, atau pendukung-pendukung aliran monetaris antara lain: Karl Brunner (University of Rochester), Allan Meltzer dan Bennet McCallum (dari Carnegie Mellon), Thomas Mayer (University of California, Davis), Phillip Cagan (Columbia University), David Laidler dan Michael Parkin (University of Western Ontario) dan William Poole (Brown University). Perlu juga dicatat bahwa pendukung aliran moiletaris tidak terbatas pada ahli-ahli ekonomi dan kalangan akademis saja. Lembaga seperti Federal Reserve Bank dan St. Louis dan komitekomite kongres juga banyak menganut perspektif monetaris.
3. PERBEDAAN ALIRAN MONETARIS DENGAN ALOIRAN KEYNESIAN
Banyak perbedaan pandangan antara kubu Keynesian dan monetaris dalam melihat gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat kubu Keynesian percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah (low level equilibrium). Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung lebih kecil dari penerimaan agregat dan kurang ampuhnya mekanisme. pasar dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, terutama tingkat harga-harga dan tingkat upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat buruh dan praktek-praktek oligopolistik dari pihak perusahaan-perusahaan.
Kaum monetaris tidak percaya pda teori Keynesian yang mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh. Dalam hal ini kubu monetaris mengritik bahwa ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yang dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu monetanis perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana sumber daya digunakan penuh.
Karena perbedaan cara pandang di atas, maka implikasi kebijaksanaan dan kedua kubu tersebut juga berbeda. Misa1nya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kub Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif. Sebaliknya kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intenvensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak. Menurut Keynesian langkah ini akan meningkatkan output. Dalam ”Bahasa” kurva IS-LM yang dikembangkan Keynesian, hal ini tenjadi kanena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak ke kanan. Tetapi menurut kaum mouetaris hal seperti ini tidak akan terjadi, sebab dalam perekonomian yang sudah memanfaatkan sumber daya secara penuh maka kurva LM berbentuk tegak lurus, dan dampak dan pergeseran kurva IS tidak akan memberi pengaruh pada output (crowding-out effect).
Antara kubu Keynesian dan monetris juga berbeda dalam melihac penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi. Menunut kubu Keynesian tluktuasi ekonomi terjadi karena tenjadinya perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapaian nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasj dan konsumsi masyaraicat. Sebaliknya menurut kubu monetaris fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya pelonjakan-pelonjakan dalam jumlah uang beredar disebabkan adanya kebijaksanaan-kebijaksanan yang bersifat ekspansif dari pemerintah. Pendapat ini mengikuti pendapat pakar-pakar terdahulu seperti R.G. Hawxrey, F:A. Nayek dan Knut Wicksell, yang yakin bahwa terjadinya fluktuasi karena dipicu oleh faktor-faktor moneter, yang cenderung berakibat kumulatif dalam jangka panjang.
Dalam buku: A Pvlonetaiy History of the United States, 1867- 1960 yang ditulis oleh Friedman bersama-sama dengan Anna Schwartz, mereka menjelaskan kaitan yang sangat erat antara perubahan dalam jumlah uang dengan perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi.
Mereka menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Untuk mendukung argumen tersebut mereka menggunakan kasus depresi besar-besaran yang terjadi tahun 30-an. Menurut Friedman dan Anna Schwartz, hal ini berlangsung kanena terjadinya crash pasar modal tahun 1929 dan faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan berkurangnya aktivitas ekonomi tahun 20-an yang menyebabkan berkurangnya minat orang memegang surat-surat berharga, dan lebih menyukai memegang uang tunai. Tetapi sistem perbankan waktu itu tidäk bisa memenuhi permintaan akan uang tunai secara sekaligus dalam jumlah banyak dari masyarakat. Bank-bank (yang waktu itu jumlahnya hampir 2000 buah di seluruh Amerika Serikat) terpaksa menutup kantor. Sebagai konsekuensinya maka jumlah uang beredar anjlok. Tahun 1933 jumlah uang beredar diperkirakan 35 persen lebih rendah dari jumlah uang tahun 1929. Dengan alasan di atas kaum monetaris menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang beredarlah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi, dan bukan sebaliknya sebagaimana yang dianut kubu Keynesian.
Kaum Keynesian percaya bahwa memang ada kaitan yang sangat erat antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi ekonomi. Tetapi bagi mereka bukan keadaan moneter yang mempengaruhi fluktuasi, melainkan fluktuasi ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Bagi kubu Keynesian fluktuasi terjadi karena berubahnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran agregat, dan kebijaksanaan yang paling ampuh untuk meredakan fluktuasi tersebut adalah melalui kebijaksanaan counter-cyclical dengan lebih banyak menggunakan kebijaksanaan fiskal.
Kubu monetaris paling tidak suka dengan penggunaan kebijaksanaan fiskal untuk menstabilkan perekonomian. Alasannya, adalah sangat sulit mengimbangi setiap ayunan siklus ekonomi karena adanya faktor waktu (lag). Lebih lanjut Friedman mengatakan:
“There is likely to be a lag between the need for action and government recognition of the need; a further lag between recognition of the need for action and the taking of action; and a stilifurther lag between the action and its effects”.
Karena alasan di atas maka tidak heran jika kubu monetaris lebih jauh bahkan sangat meragukan keampuhan analisis dan studi neo-keynesian yang sering menggunakan model ekonometri skala besar. Sebab, dalam model-model skala besar tersebut tenggang waktu (time-lag) kurang diperhatikan. Karena danya tenggang waktu antara pembuatan model dan proses analisis dengan waktu mengaplikasikan, maka kebijaksanaan yang diambil bisa jadi sudah ketinggalan kereta. Mereka percaya dampak dan kebijaksanaan yang sudah ketinggalan tersebut bisa berakibat fatal bagi pembangunan.
Sebagai akibat dari perbedaan dalam melihat perekonomian secara agregat-agregat, maka antara kubu monetaris dan kubu Keynesian juga sangat berbeda dalam penggunaan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi. Kenyataannya pada tahun 70-an dan 80-an terjadi debat panjang yang sangat panas antara kubu monetaris (diwakili Friedman) dengan pihak non-monetaris (termasuk kubu Keynesian, Franco Modigliani dan James Tobin) tentang kebijaksanaan yang sebaiknya ditempuh dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi, seperti pengangguran dan inflasi.
Misalnya dalam menghadapi inflasi, terdapat perbedaan yang sangat tajam antara Keynesian dengan monetanis. Sebagaimana pernah dijelaskan sebelumnya, kubu Keynesian mennganggap inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu besar. Dengan demikian kebijaksanaan yang ditawarkan kubu Keynesian ialah dengan mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiei. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak. Kebijaksanaan moneter pun juga bisa dilakukan, yaitu dengan kebijaksanaan uang ketat. Kubu Keynesian tidak melihat konflik antara kebijaksanaan fiskal dan moneter. Keduanya di anggap sebagai komplemen. Bagaimanan, dalam praktek kaum Keynesian lebih sering menggunakan bijaksanaan fiskal, dengan alasan kebijaksanaan ini jauh lebih ampuh dalam menghadapi resesi.
Sebaliknya kubu monetaris menganggap inflasi terjadi karena jumlah uang beredar terlalu banyak. Jika jumlah uang beredar terlalu banyak harga-harga akan naik. Dengan demikian cara yang dianjurkan kaum monetaris dalam menghadapi inflasi ialah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar itu sendiri.
Kebalikan dari kubu Keynesian yang lebih menyukai kebijaksanaan fiskal, kubu monetaris lebih suka menggunakan kebianaan moneter, sebab dampaknya lebih jelas dari pada kebiasaan fiskal. Anggapan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar akan menyebabkan ahan yang besar pula dalam tingkat suku bunga, yang pada nya akan menyebabkan perubahan yang besar dalam pendapatan nasional. Ini jelas terbalik dengan anggapan kaum Keynesian yang melihat perubahan dalam jumlah uang beredar tidak begitu mempengaruhi tingkat suku bunga sehingga dampaknya terhadap pengeluaran agregat juga kecil.
Kaum monetaris yang sangat memperhatikan agar jumlah uang yang beredai jangan bertambah terlalu cepat dari yang seharusnya, jelas menyalahkan kebijaksanaan fiskal yang ekspansif selama tahun 60-an, yang dianggap sebagai pangkal bala terjadinya kesulitan-kesulitan ekonomi di kemudian hari. Bagi kaum monetaris, melakukan pengeluaran pemerintah secara berlebihan tidak akan menguntungkan, justru dapat membawa kerugian. Yang jelas, jika inflasi terlalu tinggi perekonomian bisa macet. Bagi kaum monetaris inflasi dianggap sebagai musuh utama yang perlu diberantas sesegera mungkin. Kalau inflasi sudah reda, pemerintah harus membiarkan perekonomian menemukan sendiri laju pertumbuhannya yang normal.
Dari uraian di atas jelas bahwa kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi dibanding kebijaksanaan fiskal. Bagaimanapun, dalam hal ini perlu dicatat bahwa kebijaksanaan moneter yang dianjurkan kubu monetaris adalah kebijaksanaan moneter yang sifatnya netral dan berorientasi ke arah pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Perbedaan di atas menyebabkan perkedaan selanjutnya ntara kubu Keynesian dengan kubu monetaris, di mana kalau kebijaksanaan yang dilakukan aliran Keynesian lebih sering bersifat ekspansif, sebaliknya kebijaksanaan yang digunakan oleh aliran monetaris cenderung kontraktif dan lebih konservatif. Dalam hal ini kubu monetaris lebih suka menaikkan laju pertumbuhan uang secara pelan-pelan tetapi konstan, sesuai dengan hukum pertumbuhan jumlah uang konstan (constant money growth rule). Kalau kubu Keynesian percaya bahwa pemerintah sebaiknya memegang peran utama dalam mengarahkan jalannya perekonomian lewat kebijaksanaan counter-cyclical dengan melakukan, fine-tunning, sebaliknya bagi kaum monetaris peran pemerintah harus dibatasi demi kelancaran jalannya perekonomian secara keseluruhan.
Perbedaan lain antara kubu monetaris dengan kubu Keynesian adalah mengenai jangka waktu analisis. Kubu Keynesian tidak terlalu memperhatikan analisis jangka panjang (sebab, seperti kata Keynes, dalam jangka panjang kita semua akan mati !). Tidak demikian halnya dengan kubu monetaris yang diwakili Friedman. Bagi Friedman dampak jangka panjang dari berbagai kebijaksanaan ekonomi harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar.
Kelompok monetaris percaya bahwa kebijaksanaan peningkatan jumlah uang dalam jangka pendek berpenganuh terhadap output riil. Dalam bahasa kurva IS-LM yang dikembangkan kubu neo-Keynesian, kenaikan dalam jumlah uang akan menggeser baik kurva LM maupun kurva IS ke kanan, yang berarti peningkatan dalam jumlah output. Tetapi gejala seperti ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang perubahan dalam jumlah uang hanya menyebabkan harga-harga naik, sedang output riil maupun jumlah kesempatan kerja tidak akan bertambah. Dengan demikian kebijaksanaan moneter yang terlalu ekspansif tidak disukai kubu monetaris. Dalam hal ini belum diperhitungkan dampak negatif yang mungkin timbul, di mana kenaikan harga-harga dapat mengakibatkan semakin berkurangnya kesejahteraan golongan-golongan masyarakat tertentu, terutama mereka yang berpenghasilan tetap (seperti pegawai negeri).
Dengan alasan yang sama maka Friedman tidak suka mempromosikan full-employment dengan kebijaksanaan uang mudah (easy money policy), dan juga tidak senang menghindari inflasi dengan menggunakan kebijaksanaan uang ketat (tight money policy). Sebab dampak jangka panjang dari kedua kebijaksanaan tersebut bisa saja berlawanan dengan yang diharapkan untuk jangka pendek.
Kecaman lain dan kubu monetaris terhadap kubu Keynesian ialah bahwa dalam analisis IS-LM nya kubu Keynesian sama kali mengabaikan pasar tenaga kerja. Oleh Friedman dan kawan-kawan pasar tenaga kerja kembali diperhatikan. Hal ini secara tidak langsung telah membuka cakrawala baru dalam pengembangan teori-teori ekonomi, sebab teori-teori tentang ekonomi sumber daya manusia semakin berkembang sesudah itu.
4. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN ALIRAN MONETARIS
KELEMAHAN :
Menurut pandangan Keynesian, kebijakan moneter mungkin sangat tidak efektif. Beberapa kekurangannya berasal dari asimetri kebijakan tersebut, perubahan dalam kecepatan (yang dapat menggagalkan kebijakan), dan ketidakpastian dari investasi yang diambil (terutama jika bukan bunga sensitif).
Kekurangan utama dari kebijakan moneter adalah asimetri. Yaitu, suatu kebijakan uang ketat adalah sangat efektif guna mencegah pinjaman baru karena kelebihan cadangan dikurangi, namun kebijakan yang mudah sepertinya menjadi tidak efektif karena tambahan kelebihan cadangan tidak akan dipinjamkan ke luar oleh bank karena takut akan potensi kebangkrutan dari para peminjam selama masa resesi. Dengan demikian, disarankan untuk tidak menggunakan kebijakan moneter, malah menggunakan kebijakan fiskal.
Kebijakan moneter mungkin digunakan baik untuk mengendalikan persediaan uang maupun tingkat suku bunga. Tetapi, keduanya tidak dapat dikendalikan pada waktu yang sama. Dengan demikian hal tersebut menjadi dilema.
KELEBIHAN :
1. Kaum monetaris mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah yang disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.
2. Kaum monetaris menyatakan bahwa turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui Pigou effect. Bagi kubu monetaris perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, dimana sumber daya digunakan penuh.
3. Dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kaum monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intervensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman. Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak.
4. Kaum monetaris, terutama Friedman, dinilai sangat berjasa meluruskan falsafah liberal kaum klasik kembali sebagaimana yang diajarkan oleh Adam Smith. Argumentasi Friedman untuk menyokong ajaran klasik tersebut ialah bahwa benefit yang diterima dari kebijaksanaan laissez faire jauh lebih besar dari benefit yang ditrerima lewat terlalu banyaknya campur tangan pemerintah. Dengan anggapan seperti ini pakar-pakar ekenomi masa sekarang berusaha mengembalikan orientasi analisis pada ajaran klasik, baik mengenai asumsi yang dipergunakan, struktur model yang disusun, metodologi yang dipergunakan, memandang arti penting uang dalam ekonomi, maupun dalam memilih kebijaksanaan ekonomi yang hendak dijalankan.
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kaum monetaris, terutama Friedman, sangat berjasa dalam menekankan arti penting laju pertumbuhan uang terhadap aktivitas-aktivitas ekonomi: Dilihat dari upayanya tersebut ia dapat dianggap sangat berhasil. Sebab, sebagaimana diucapkan oleh pakar ekonomi makro Franco Modigliani: We are all monetarists now, dalam artian bahwa hampir semua pakar ekonomi masa sekarang percaya akan arti penting laju pertumbuhan stok uang dalam perekonomian.
Secara keseluruhan harus diakui bahwa pengaruh pandangan Friedman dalam kebijaksanaan ekonomi sangat besar. Hal ini dapat dilihat dan diadopsinya kebijaksanaan moneter barn oleh pemerintah Amerika Serikat (the Fed’s) tahun 1979. Friedman sangat anti dengan peran pemerintah yang kelewat besar dalam perekonomian. Jika penerimaan pemerintah terlalu besar maka otomatis pengeluarannya juga harus besar, padahal banyak program-program pemerintah dinilai tidak efektif dalam mencapai sasaran. Pengaruh pandangan Friedman di atas dapat dilihat dari program pemotongan pajak yang dilakukan pemerintahan Reagan tahun 1981.
Pengaruh pandangan Friedman juga dirasakan di Indonesia, terlihat dari kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, yang pada intinya mengurangi cengkeraman pernerintah yang kelewat besar dalam pérekonomian Indonesia. Begitu jüga dalam menghadapi inflasi tahun 1993 dan tahun 1994, pemerintan juga terlihat berusaha mati-matian menekan laju inflasi di bawah dua digit, sebab para pakar ekonomi di Indonesia, dan juga kaum praktisi, telah mengetahui dampak negatif yang sangat besar dan keadaan inflasi, yang secara sangat vokal disuarakan oleh Milton Friedman dan kubu monetaris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.