BAB
6
PROSES
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
D
|
alam arti luas proses perencanaan merupakan siklus yang meliputi beberapa
tahapan kegiatan atau langkah berikut (Gambar 6.1) :
1
Keputusan untuk melakukan perencanaan
2
Mengembangkan kerangka organisasi perencanaan
3
Perumusan tujuan dan spesifikasi sasaran
4
Pengumpulan dan analisis data
5
Identifikasi beberapa alternative tindakan dan/atau
kebijaksanaan
6
Menilai dan membandingkan beberapa alternative di atas
7
Memilih alternative terbaik
8
Implementasi
9
Pemantauan dan evaluasi
6.1 KEPUTUSAN MELAKUKAN PERENCANAAN
Keputusan paling awal dari keseluruhan proses perencanaan adalah keputusan
politik untuk melakukan perencanaan. Keputusan ini diambil untuk mengatasi
problema pembangunan dan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang diinginkan.
6.2 MENGEMBANGKAN ORGANISASI PERENCANAAN
Tahap kedua adalah membuat dan mengembangkan kerangka organisasi
perencanaan dengan melibatkan tenaga-tenaga spesialis dari beberapa departemen
pemerintah atau badan-badan lain. Organisasi ini meliputi : (a)
hubungan-hubungan hierarkis diantara orang-orang yang terlibat dalam
perencanaan itu sendiri (organisasi intern), (b) hubungan antara badan
perencanaan itu dengan lembaga-lembaga
(atau aparat-aparat) lainnya yang terkait (organisasi ekstern). Formasi
dan struktur organisasi ini disesuaikan dengan struktur permasalahan yang akan
diselesaikan.
Fungsi badan perencanaan ini adalah : (a) menyusun rencana-rencana, (b)
melaksanakan penelitian-penelitian pendahuluan, (c) menyusun
peraturan-peraturan, (d) mengumpulkan data standar untuk keperluan perencanaan,
(e) member nasehat dan laporan mengenai berbagai segi dari kebijaksanaan
ekonomi (f) mengkoordinir semua kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh
sektor-sektor pemerintahan lainnya dan bahkan juga oleh swasta, sehingga
semuanya merupakan bahagian intergral dari suatu perencanaan nasional.
Gambar 6.1
Siklus Proses Perencanaan
Keputusan untuk
melakukan perencanaan
|
Mengembangkan kerangka organisasi perencanaan
|
Perumusan tujuan dan spesifikasi sasaran
|
Pemantauan dan evaluasi
|
Pengumpulan dan analisis data
|
Identifikasi beberapa alternative tindakan
|
Menilai dan
membandingkan beberapa alternative
|
Implementasi
|
Memilih alternative terbaik
|
6.3 FORMULASI TUJUAN DAN SPESIFIKASI SASARAN
Tujuan dan sasaran mencerminkan prioritas perencanaan. Seterusnya
keberhasilan suatu perencanaan biasanya ditunjukkan oleh seberapa jauh tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapail. Sasaran atau
tujuan perencanaan pembangunan ditetapkan oleh politisi. Keberhasilan suatu
perencanaan pembangunan oleh karena itu juga ditentukan oleh para politisi.
6.4 PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Setelah tujuan dan sasaran ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah
mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan. Kegiatan ini diperlukan
untuk mengetahui keadaan sekarang dan membuat proyeksi bagi masa yang akan
datang.
6.5 IDENTIFIKASI BEBERAPA ALTERNATIF TINDAKAN
Suatu rencana bisa berbentuk sebuah dokumen tertulis yang mengandung
berbagai tindakan (atau proyek) yang akan dilaksanakan. Untuk itu perencana
harus mengidentifikasi beberapa alternative yang paling mungkin untuk
dilaksanakan, untuk memecahkan problema pembangunan atau yang dipakai untuk
mencapai sasaran. Dalam identifikasi alternative tersebut bisa digunakan
berbagai bentuk teknik atau pendekatan, mulai dari yang paling sederhana
(intuisi dan judgement) sampai kepada metoda-metoda yang sistematis, formal dan
yang bersifat kuantitatif (matematis). Identifikasi berbagai alternative
tersebut diperlukan untuk memudahkan pekerjaan para perencana pada tahap
berikutnya, yakni membandingkan atau menilai beberapa alternative yang paling
layak untuk dilaksanakan.
6.6 PROJECT APPRAISAL
Setelah berbagaii alternative tersebut diidentifikasi, maka langkah
berikutnya adalah menilai dan membandingkan beberapa alternative tersebut.
Langkah ini dikenal sebagai “plan appraisal” atau project appraisal. Appraisal
berarti menilai keuntungan dan kerugian beberapa alternative tindakan atau
proyek. Kegiatan membandingkan ini perlu dilakukan mengingat bahwa satu
alternatif proyek di satu segi mungkin memiliki keuntungan tapi di segi lain
mempunyai kekurangan bila dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan
membandingkan beberapa alternative ini, akan diperoleh satu proyek terbaik.
Untuk menilai dan membandingkan beberapa alternative tersebut diperlukan
suatu kriteria atau teknik tertentu. Dalam hal teknik penilaian proyek-proyek
ini ilmu ekonomi yang paling dahulu mengembangkannya. Hal ini tidak
mengherankan, karena teknik penilaian proyek-proyek ini telah dikembangkan
sebagai bahagian dari metodologi perencanaan pembangunan ekonomi. Teknik-teknik
penilaian proyek-proyek ekonomi ini langsung memperhitungkan biaya dan manfaat
(benefit) berbagai proyek. Tkenik yang paling banyak dipakai untuk menilai dan
membandingkang proyek adalah CBA (cost-benefit analysis). Teknik ini mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan terutama yang bersifat kuantitatif. Pada
tahun 1960-an dikembangkan lagi teknik EIA (Environment
impact assessment) yang lebih menekankan pada analisis pengeruh proyek
terhadap lingkungan alam (polusi, manfaat eksternal, dan sebagainya). Teknik
lainnya adalah SIA (Social Impact
Assesment ) yang lebih menekankan pengaruh proyek terhadap lingkungan
sosial.
6.7 MEMILIH ALTERNATIF
Berdasarkan hasil penilaian terhadap berbagai alternative atau proyek yang
dikemukakan dipilihlah yang terbaik. Namun keputusan (alternative) yang akan
dilaksanakan kembali ditentukan oleh para politisi.
6.8 IMPLEMENTASI
Implementasi (pelaksanaan) sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang
berad di luar ruang lingkup perencanaan, karena implementasi dari proyek atau
program tertentu merupakan tanggungjawab dari pelaksana teknis atau
administrative bukan tanggung jawab perencana. Akan tetapi ini tidak berarti
bahwa para perencana bisa mengabaikan tahap implementasi tersebut. Seringkali
masalah implementasi merupakan salah satu kelemahan utama perencanaan di
Negara-negara sedang membangun.
Perbincangan selanjutnya mengenai implementasi ini meliputi : (i)
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi rencana, (ii) teknik
implementasi dan (iii) manajemen proses implementasi.
6.8.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi
Rencana
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu rencana :
a.
Sifat proses perencanaan
b.
Organisasi perencanaan dan implementasi
c.
Isi rencana
d.
Manajemen proses implementasi
a.
Sifat Proses Perencanaan
Menurut konsep perencanaan siklis, implementasi adalah suatu kegiatan yang
terpadu dengan proses persiapan rencana. Konsep ini memberikan dua keuntungan :
(1)
Menunjukkan bahwa implementasi secara logis merupakan
kelanjutan dari tahap identifikasi dan pembandingan alternatif kegiatan rencana.
(2)
Menekankan pentingnya fungsi pemantauan (monitoring) dan
evaluasi dari pelaksanaan rencana yang dapat memberikan umpan balik informasi
bagi pengambilan keputusan.
b.
Organisasi Perencanaan dan Implementasi
Keberhasilan implementasi rencana sangat ditentukan oleh organisasi dan
administrasi. Sebagai suatu proses siklis, perencanaan dalam arti luas bukan
hanya pekerjaan seorang perencana, melainkan suatu proses yang jauh lebih rumit
karena melibatkan banyak orang dan organisasi. Semuanya ini memerlukan
koordinasi antara perencana professional, administrasi pemerintahan dan badan
pelaksana lainnya. Semakin efektif dan efisien suatu organisasi dan
administrasinya, semakin berhasil implementasi suatu rencana.
c.
Isi Rencana
Disain rencana harus jelas karena dipakai sebagai pedoman dalam
implementasi. Berikut ini adalah permasalahan implementasi rencana yang sering
dialami oleh beberapa NSB :
(1)
Konflik antara kaum politisi sering menghasilkan
kesepakatan disain proyek yang semu sehingga sulit melaksanakannya.
(2)
Suatu proyek dirancang dengan standar yang tidak cocok
dengan aspirasi politik dan masyarakat setempat.
(3)
Para konsultan dan teknisi asing yang dipakai kurang
mengenal kondisi khusus NSB, sehingga disain proyek yang dihasilkan terlalu
ambisius dan kurang mencerminkan kenyataan.
(4)
Suatu proyek terpaksa ditunda karena rencana biayanya
terlalu besar sehingga dalam pelaksanaannya terjadi kekurangan dana.
Berdasarkan pengalaman di atas, maka disarankan agar setiap rencana
memperhatikan dengan seksama ketersediaan sumberdaya termasuk kondisi politik
dan kemampuan administrative untuk mendukung implementasi rencana.
d.
Manajemen Proses Implementasi
Suatu rencana bagaimanapun realistisnya tidak akan bisa dilaksanakan kalau
sumber-sumber yang diperlukan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup pada
tempat yang semestinya dan pada waktu yang tepat. Kekuranga-kekurangan dalam
penyediaan sumber-sumber tersebut bisa disebabkan oleh kurangnya koordinasi
antara penyiapan rencana dan prosedur alikasi sumber-sumber. Misalnya sulitnya
koordinasi antara perencanaan lima tahun dengan proses penganggaran tahunan.
Seringkali dana yang dibutuhkan tidak tersedia dalam waktu yang tepat. Demikian
juga dengan masalah koordinasi tenaga kerja yang dibuuhkan dalam jumlah,
kualitas dan tempat yang semestinya seringkali merupakan masalah serius dalam
implementasi suatu rencana. Semuanya ini bersumber dari lemahnya organisasi dan
manajemen implementasi rencana.
6.8.2 Teknik Implementasi
Fungsi utama teknik implementasi adalah mengidentifikasi struktur masalah
implementasi dan menganalisis tahap-tahap yang harus ditangani secara khusus.
Teknik-teknik implementasi tersebut akan lebih efektif apabila diterapkan
sebagai bahagian dari pendekatan menyeluruh dalam manajemen implementasi.
Dengan pendekatan semacam itu, akan terjamin koordinasi antara berbagai tahap
perencanaan dan proses implementasi, dan uga dengan badan-badan lain yang
bertanggung jawab atas efisiensi pelaksanaan suatu rencana.
Secara keseluruhan ada dua jenis teknik yang biasa digunakan oleh para
perencana untuk memecahkan berbagai masalah implementasi yaitu : (a) teknik
tradisional dan (b) teknik jaringan kerja (network
technique). Teknik sederhana antara lain meliputi : (i) PBS, (ii) Bar Charts dan (iii) Milestone. Sedangkan teknik jaringan
kerja antara lain adalah : (i) CPA dan (ii) PERT.
a.
Project Breakdown Structure
(PBS)
Project Breakdown Structure (PBS) adalah teknik yang menjabarkan suatu rencana atau proyek menjadi
suatu struktur hierarki yang sistematis menurut komponen-komponennya. Disini
perencana dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan antara berbagai komponen
tersebut secara terpisah. PBS dapat dibangun atas dasar kombinasi pengalaman
masa lalu dan pemikiran yang sistematis.
b.
Bar Charts
Teknik diagram batang (barcharts)
meliputi teknik penajian bagian-bagian rencana atau proyek menurut suatu
kerangka/jadwal waktu tertentu dalam bentuk skedul atau bagan sederhana.
c.
Milestone
Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik bar charts, yaitu dengan memasukkan kegiatan - kegiatan kunci (yang paling penting) pada suatu waktu
kedalam diagram tersebut. Dengan demikian memungkinkan kita mengetahui hubungan
dan ketergantungan antara satu aktivitas dengan aktivitas yang lain yang
ditujukan oleh suatu tanda panah ketergantungan.
d.
Critical Path analysis (CPA)
Dalam analisis jalur kritis ini setiap kegiatan dicerminkan oleh tanda
panah dan lingkaran mencerminkan suatu event (akhir suatu kegiatan). Diagram
jaringan kerja ini mempunyai titik awal (startingpoints)
dan titik akhir tujuan (finishingpoints).
Sedangkan lamanya kegiatan dicerminkan oleh taksiran panjangnya garis panah.
Diantara berbagai kegiatan tersebut akan dicari dan ditemui suatu jalur yang
disebut jalur kritis (criticalpath),
yaitu satu-satunya jalur yang paling efisien (optimal).
e.
Program Evaluation and Review
Technique (PERT)
Teknik ini mirip dengan CPA, perbedaan pokoknya pada istilah perhitungan.
Dalam PERT dilakukan tiga taksiran pada lamanya kegiatan. PERT ini juga
menggunakan taksiran mengenai kemungkinan tentang waktu terlama dan tercepat
pada event-event kunci.
6.8.3 Manajemen Proses
Implementasi
Ada dua tipe manajemen proses implementasi yaitu :
a.
Sistem Manajemen Implementasi (SMI)
b.
Sistem Perencanaan Anggaran (SPA)
a.
Sistem Manajemen Implementasi
(SMI)
SMI adalah suatu system yang menekankan kepada koordinasi pelaksanaan suatu
proyek melalui pemakaian kombinasi dari berbagai ukuran termasuk penerapan
teknik-teknik implementasi, berbagai laporan prosedur pemantauan, serta
berbagai laporan prosedur pemantauan, serta berbagai teknik manajemen yang
dirancang untuk mengkoordinasikan hubungan kerja berbagai badan pelaksanaan
suatu proyek. Contoh SMI adalah : ProgrammingImplementationManagement
(PIM) dan Operation Room System
(ORS).
Programming Implementation Management
PIM dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan metode programming, pengawasan
operasional dan evaluasi berbagai proyek pengembangan kota. Sistem ini memiliki
tiga elemen utama yaitu : (I) APE (Annual
Programming Exercise = latihan membuat program tahunan), (II) MMM ( Monthly Management Meeting = pertemuan
manajemen bulanan) dan (III) MMR (Monthly
Management Report = laporan manajemen bulanan).
b.
Sistem Perencanaan Anggaran
(SPA)
Dalam system ini koordinasi terutama ditekankan antara perencanaan (planning)
dengan system anggaran (budgetting)
pemerintah. Di Negara-negara Sedang Membangun (NSB) sering terjadi
kesenjangan antara perencanaan dengan sumber pembiayaan rencana tersebut. Hal
ini disebabkan oleh adanya perbedaan : (i) antara sasaran perencanaan dengan
sasaran anggaran dan (ii) perbedaan metode perencanaan dengan anggaran.
Perbedaan ini bersumber dari perbedaan persepsi antara perencana dengan pihak
yang menentukan anggaran. Oleh karena itu perlu diadakan koordinasi atau
mengubah metode perencanaan anggaran tersebut.
Ada dua pendekatan untuk memecahkan problema tersebut :
Pertama, menyesuaikan system perencanaan dengan system atau prosedur
anggaran. Oleh karena system anggaran biasanya ditetapkan tahunan maka system
perencanaan perlu diubah, misalnya dari rencana lima tahun menjadi rencana
tahunan.
Kedua, mengubah prosedur anggaran. Biasanya dilakukan dengan
mengklasifikasikan kembali berbagai komponen anggaran sedemikian rupa sehingga
mencerminkan hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan sasaran program atau
proyek perencanaan.
Pada mulanya SPA sudah mengandung kedua pendekatan itu. Misalnya pengalaman
Amerika Serikat pada tahun 1960-an dengan sistemnya yang terkenal dengan PPBS
(Planning, Programming Budgeting System). PPBS ini kemudian menyebar ke banyak
Negara maju dengan melibatkan berbagai kondisi organisasi, termasuk organisasi
swasta dan pemerintah ( Pemerintah Pusat dan Daerah) serta prosedur angggaran
sektoral dan antar departemen. Di Inggris misalnya PPBS telah digunakan
ditingkat pemerintahan local sebagai alat untuk mengkoordinir kegiatan-kegiatan
antar departemen melalui apa yang dikenal sebagai perencanaan perusahaan.
Sesuai dengan namanya PPBS mengandung tiga elemen pokok yaitu : planning,
programming dan budgeting.
Planning , meliputi identifikasi sasaran atau tujuan, formulasi beberapa alternative
kegiatan, penentuan pilihan dan alokasi sumber-sumber.
Programming (pembuatan program), pada dasarnya berarti mengorganisir dan mengontrol
berbagai aktivitas sebagai hasil dari keputusan perencanaan.
Budgeting (penganggaran), berarti proses transformasi keputusan-keputusan perencanaan
dan program ke dalam rencana financial.
PPBS ini didasarkan atas asumsi bahwa suatu keputusan akan menjadi lebih
baik apabila :
i.
Kita mengetahui apa yang akan kita capai.
ii.
Informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan itu
tersedia
iii.
Efektivitas dari program, kebijaksanaan dan proyek yang
sedang berlangsung dievaluasi.
iv.
Berbagai alternative untuk mencapai tujuan ikut
dipertimbangkan dan dianalisis.
Seterusnya tahap-tahap yang harus dikerjakan untuk menerapkan system PPBS
ini adalah :
(a)
Membuat struktur program. Berbagai aktifitas perencanaan
dari berbagai badan dikelompokan dan dihubungkan dengan sasaran dan tujuan.
Untuk itu tujuan induk dibagi menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil sehingga
bisa dicapai dalam suatu paket kegiatan.
(b)
Menganalisis program, yang meliputi pembandingan beberapa
program.
(c)
Mengadakan pemantauan (monitoring) dan menunjau kembali (reviewing) kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam implementasi
rencana atau proyek-proyek tersebut.
6.9 PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Sewaktu tahap impelentasi berlangsung perlu dilakukan kegiatan pemantauan (monitoring) untuk menjamin agar
implementasi itu tidak menyimpang dari rencana, serta untuk melacak berbagai
masalah yang mungkin timbul selama proses implementasi. Idealnya pemantauan
yang dilakukan kontinu. Disamping pemantauan sering diperlukan pula kegiatan
evaluasi secara terinci, baik setelah dilakukan penyempurnaan maupun pada suatu
waktu selama proses implementasi itu. Kegiatan evaluasi diperlukan untuk
mengetahui sampai berapa jauh rencana itu telah mencapai sasarannya dan
akibat-akibat yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Evaluasi itu membutuhkan
tindakan pengumpulan data tambahan, baik yang berkaitan dengan rencana atau
proyek bersangkuta maupun data umum. Dengan data itu para perencana dapat
mengidentifikasi masalah-masalah baru yang juga bisa dipakai bagi kepentingan
perencanaan berikutnya. Jadi kegiatan pemantauan dan evaluasi disini berfungsi
untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan suatu rencana, serta memberikan
informasi penting bagi aktivitas perencanaan yang lebih baik pada masa yang
akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.