I. PENDAHULUAN
Ekonomi berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan manusia diperhadapkan dengan kenyataan “keterbatasan” sumberdaya untuk memenuhinya. Ekonomi sendiri hadir untuk menjawab sedikitnya tiga pertanyaan. Pertama, apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa (What). Kedua, Bagaimana sumber-sumber ekonomi, faktor-faktor produksi, yang tersedia dipergunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut (How). Ketiga, untuk siapa barang-barang tersebut diproduksi, atau bagaimana barang-barang tersebut dibagikan di antara warga masyarakat (For Whom).
Dalam tata hubungan ekonomi dikenal istilah produsen dan konsumen. Rasionalitas yang dibangun dalam tata hubungan ekonomi adalah, bahwa konsumen cenderung memaksimalkan kebutuhannya (utilitas) dengan kendala pendapatan (income). Disisi lain, produsen cenderung memaksimalkan keuntungannya (profit) dengan kendala faktor input. Hubungan antara kepentingan-kepentingan produsen dan konsumen secara “individual”, dibahas dalam mikroekonomi.
Memang secara keilmuan dibedakan antara fenomena mikroekonomi dan makrekonomi (agregat). Namun bukan berarti bahwa saat kita membicarakan makroekonomi dapat mengabaikan eksistensi dari mirkro ekonomi. Dalam skala agregat, fenomena mikroekonomi tersebut tetap relevan untuk dibicarakan, karena makroekonomi juga dipengaruhi oleh perilaku ekonomi individu-individu yang ada.
Para ekonom cenderung alergi terhadap situasi dan kondisi yang penuh dengan “ketidakpastian”. Kondisi ketidakpastian sering membuat instrumen-instrumen ekonomi yang telah dibangun tidak mampu bekerja dengan baik (The dead of economics). Oleh karena itu, ekonom senantiasa bekerja keras untuk mengembangkan berbagai “model” guna memprediksi kondisi masa depan dengan berpijak dari berbagai fenomena yang ada saat ini atau bahkan masa lampau.
Secara konvensional modeling “time series”, yaitu model yang dibangun atas fenomena runtun waktu, khususnya masa lampau dianut oleh banyak ahli ekonometrika. Namun dalam dunia yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini, upaya-upaya prediksi yang dibuat oleh ekonom sering meleset. Hal ini menunjukkan bahwa para ekonom sebenarnya kurang mampu untuk membaca fenomena ekonomi yang ada dan menghubungkannya dengan kemungkinan-kemungkinan masa depan. Dengan demikian harapan atau ekspekatasi yang dibangun menjadi tidak tercapai.
Dalam makalah ini akan dikupas tentang “Ekspektasi Rasional”, yaitu suatu pandangan makroekonomi yang banyak dianut oleh kelompok ekonom dasa warsa terakhir ini, khususnya mereka yang sangat fanatik terhadap sistem pasar bebas dan secara ekstrim menolak campur tangan pemerintah dalam sistem ekonomi Disamping akan membahas tentang orbitasi Ekspektasi Rasional diantara aliran pemikiran Klasik, Keynesian dan Monetaris, di dalam makalah ini juga akan dibahas bagaimana mekanisme kerja Ekspektasi Rasional serta asumsi-asumsi dasarnya. Pada bagian akhir akan dibahas tentang Ekspektasi Rasional diperhadapkan dengan fenomena ekonomi Indonesia
Aliran Ekonomi RATEX
- Latar Belakang
Pada tahun 70an dan 80an kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang sesuai dengan ajaran Keynes telah gagal total dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi.
Kegagalan tersebut menimbulkan pemikiran ekonomi baru yang disebut aliran gelombang baru (New Wave). Aliran ini meninjau kembali premi-premi yang digunakan kubu Keynesian (orang-orang yang mengikuti ajaran Keynes) yaitu perlunya campur tangan pemerintah seperti penerapan kebijaksanaan dan pengaruh ekspektasi terhadap pola konsumsi masyarakat.
Pemikiran Rational Expectation (Ratex)
Penganut rational expectation (ratex) tidak lain adalah kelompok klasik baru (new-classical), karena asumsi ratex dijadikan oleh kaum tersebut sebagai landasan pokok seluruh analisis dan pemikirannya. John Muth merupakan pencetus pertama ide ratex dimana pada awal 1960-an ia mengemukan premis : ”ekspektasi tiap individu bersifat rasional bila ekspentasi tersebut identik dengan hasil prediksi model”. Premis ini mengandung pengertian bahwa apabila masyarakat mengetahui benar informasi tentang suatu peristiwa atau kebijakan maka mereka akan bereaksi dimana reakasi tersebut berciri rasional. Sebagai gambaran, jika masyarakat mengetahui bahwa jumlah uang beredar meningkat dan mereka menyadari bahwa dampaknya akan terasa di dalam peningkatan harga maka ekspektasi harga juga akan ikut meningkat.
Menurut penganut model ratex jika dan hanya jika masyarakat membuat kesalahan ekspektasi maka kebijakan pemerintah dapat memberi hasil, contohnya pada kebijakan peningkatan jumlah uang beredar berdampak pada peningkatan output. Walau demikian, paham klasik tentang kekuatan pasar nampaknya sangat kuat berakar juga pada penganut model ratex. Menurut pandangan penganut ratex jika kesalahan terjadi, intervensi pemerintah semacam contoh di atas tetap tidak diinginkan karena ia justru akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar lagi. Berbeda dengan pandangan kaum monetaris dimana mereka masih memberi “ruang” untuk melihat berbagai dampak kebijakan pemerintah melalui perlakuan eksplisit terhadap faktor adaptive expectation, khususnya dalam jangka pendek.
Memang agak sulit untuk membayangkan suatu keadaan dimana individu dapat mengetahui semua informasi sehingga ekspektasinya menjadi rasional. Seperti tidak kurang sulitnya untuk membayangkan situasi dimana dalam jangka pendek suatu kebijakan seperti menaikkan jumlah uang beredar akan tidak mempunyai dampak sama sekali terhadap tingkat output. Menurut jawaban penganut ratex kesalahan ekspektasi karena kesulitan memperoleh informasi memang tak dapat dihindarkan meskipun yang bersangkutan sangat rasional dalam pengambilan keputusan. Dengan pengertian lain, menurut mereka untuk mempunyai ekspektasi rasional tidak harus selalu bebas dari membuat kesalahan ekspektasi.
- Pokok Pikiran
Menurut aliran Keynes pemerintah diperlukan untuk membawa perekonomian ke arah yang diinginkan karena perekonomian tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan yang disebabkan oleh karena kekakuan harga dan tingkat upah, informasi tidak sempurna, serta kebiasaan masyarakat yang menghambat mekanisme pasar.
Sedangkan para pakar RATEX (Rational Expectation) berpendapat bahwa tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian. Menurut aliran RATEX, masalah-masalah/peristiwa ekonomi terjadi karena kesalahan dalam memperkirakan peristiwa ekonomi pada masa yang akan datang. Kesalahan tersebut tidak terjadi secara sistematis melainkan secara acak/random. RATEX juga mengkritik teori Keynes tentang pembentukan harga ekspetasi didasarkan pada perilaku masa lalu.
Menurut aliran RATEX, orang-orang/unit-unit ekonomi telah membuat perkiraan–perkiraan secara rasional, karena tingkah laku ekonomi masyarakat dipengaruhi perkiraan mereka, maka kegiatan memprediksi peristiwa ekonomi masa depan menjadi sia-sia.
Teori ekspektasi rasional (rational expectations) diajukan pertama kali oleh John F. Muth pada tahun 1961 pada tulisannya yang berjudul “Rational Expectations and the Theory of Price Movements”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Robert E. Lucas Jr. untuk memodelkan bagaimana agen ekonomi melakukan peramalan di masa yang akan datang.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa ada 2 asumsi yang menjadi dasar teori ekspektasi rasional (rational expectations):
• Pertama, teori ini menganggap bahwa semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional, mengetahui seluk beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai peristiwa-peristiwa dalam perekonomian. Keadaan yang berlaku di masa depan dapat diramalkan, selanjutnya dengan pemikiran rasional dapat menentukan reaksi terbaik terhadap perubahan yang diramalkan akan berlaku. Akibat dari asumsi ini, teori ekspektasi rasional mengembangkan analisis berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori mikroekonomi yang juga bertitik tolak dari anggapan bahwa pembeli, produsen, dan pemilik faktor produksi bertindak secara rasional dalam menjalankan kegiatannya.
• Asumsi kedua adalah semua jenis pasar beroperasi secara efisien dan dapat dengan cepat membuat penyesuaian-penyesuaian ke arah perubahan yang berlaku. Asumsi kedua ini sesuai dengan pendapat ahli-ahli ekonomi klasik, dan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan teori ini dinamakan new classical economics. Menurut asumsi kedua, tingkat harga dan tingkat upah dapat dengan mudah mengalami perubahan. Kekurangan penawaran barang akan menaikkan harga, dan kelebihan penawaran mengakibatkan harga turun. Buruh yang berkelebihan akan menurunkan upah, sebaliknya kekurangan buruh akan menaikkan upah mereka. Semua pasar bersifat persaingan sempurna, dan informasi yang lengkap akan diketahui oleh semua pelaku kegiatan ekonomi di berbagai pasar.
Golongan ekspektasi rasional melahirkan pemikiran mengenai hipotesis pasar efisien. Mankiw (2006) menjelaskan bahwa ada sebuah cara dalam memilih saham untuk portofolio, yaitu memilih secara acak. Alasan dari cara ini adalah hipotesis pasar yang efisien (efficient markets hypothesis). Asumsinya adalah semua saham sudah dinilai tepat sepanjang waktu karena keseimbangan penawaran dan permintaan mengatur harga pasar. Pasar saham dianggap mencerminkan semua informasi yang tersedia mengenai nilai sebuah aset. Harga-harga saham berubah ketika informasi berubah. Kalau ada berita baik mengenai prospek suatu perusahaan, nilai dan harga saham sama-sama naik. Tapi, pada saat kapan pun, harga pasar adalah perkiraan terbaik dari nilai perusahaan yang didasarkan atas semua informasi yang tersedia.
Samuelson dan Nordhaus menyatakan bahwa pandangan teori pasar efisien terlalu sederhana dan menyesatkan, sudah banyak bukti menunjukkan tidak semua pergerakan saham diakibatkan perubahan informasi. James Tobin, seorang professor Yale pemenang hadiah nobel mengkritik teori ini, argumennya pada bursa saham amerika tanggal 15 hingga 19 oktober 1987 terjadi perubahan harga sebanyak 30% padahal tidak ada faktor yang tampak. Teori pasar efisien bungkam terhadap kritik tobin.
Aliran Pemikiran Ekonomi Baru yang disebut aliran gelombang baru
(new wave)
Pandangan aliran gelombang baru yg menganggap tdk ada hubungan khusus antara variabel output, kesempat-an kerja & inflasi. Karena tidak ada trade-offs diantara varibel tersebut. Pakar-pakar Ratex berpendapat bahwa tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian.
Bagi aliran ratex, deviasi dari keadaan kesempatan kerja penuh hanya terjadi karena adanya kesalahan dalam memperkirakan peristiwa-peristiwa ekonomi (seperti tingkat harga, upah dan inflasi) masa datang.
Dalam perekonomian yang sudah stabil, pelaksanaan suatu kebijaksanaan ekonomi justru bisa mengganggu perekonomian itu sendiri.
Hipotesis Keynes tentang fungsi konsumsi
C= f(Y) ditolak,
Alasannya, dalam kenyataan pengeluaran konsumsi (C) tidak hanya ditentukan oleh pendapatan (Y) sekarang atau pendapatan masa lalu, melainkan juga dipengaruhi oleh perkiraan (ekspektasi) mereka dimasa yang akan datang.
Karena model-model yang dikembangkan didasarkan pada ekspektasi rasional, aliran gelombang baru ini disebut aliran ekspektasi asional atau rational expectation (ratex)
• Pakar-pakar ratex juga percaya bahwa dalam perekonomian yang selalu dalam posisi keseimbangan kebijaksanaan apapun dari pemerintah cenderung tidak memberika hasil yang efektif. Mereka percaya bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki suatu keadaan, sebab setiap orang sudah melakukan yang terbaik bagi dirinya masing-masing. Pandangan ini kemudian dijadikan sebagai preposisi, yang dikenal dengan preposisi kebijaksanaan pemerintah yang tidak efektif (policy ineffective preposition).
• Karena pandangan aliran gelombang baru atau ratex ini mengingatkan orang akan kebijaksanaan klasik, aliran ini kemudian sering pula disebut aliran klasik baru atau new classical economics (ingat, bukan neo-klasik).
TOKOH-TOKOH RATEX
• Robert Lucas
• Thomas Sargeant
• Eil Wallace
• Robert Barro
• Leonard Rapping
• Edward Prescott
• Dvid Begg
• Steven Sheffrin
• John Muth
Ide tentang ekspektasi rasional ini sudah dikembangkan oleh John Muth sejak tahun 1961. Premis utama yang dikemukakan Muth dalam tulisannya tersebut adalh, bahwa ekspektasi tiap orang bersifat rasional bila ekspektasi tersebut identik dengan prediksi model.
Dalam pengembangan model-model ekonomi, pakar-pakar aliran ratex ini menggunakan beberapa preposisi, a.l: bahwa orang atau unit-unit ekonomi akan membuat perkiraan (ekspektasi) ; orang tidak menggunakan informasi yang ada padanya secara efisien ; oarang tidak membuat kesalahan-kesalahan secara sistematis dalam ekspektasi mereka; dan orang akan bereaksi secara rasional terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan demi kepentingan pribadi masing-masing.
Ratex telah berjasa mempertajam penggunaan dasar-dasar teori mikro dan model-model mekanisme pasar bebas ke dalam analisis makro, yg disebut pendekatan keseimbangan ekspektasi-ekspektasi rasional (rational expectations equilibrium approach) dalam teori
ekonomi makro. Pendekatan keseimbangan ekspektasi rasional dibangun dengan tujuan agar semua teori-teori makro didasarkan pada teori-teori mikro yang kokoh.
MEKANISME KERJA EKSPEKTASI RASIONAL
Menurut Michael Carter (1984), ekspektasi rasional adalah upaya meramal secara esensial masa depan variabel-variabel ekonomi untuk membuat kebijakan secara tepat. Dalam memprediksi, variabel-variabel yang relevan, namun penuh dengan ketidakpastian, harus diperhitungkan secara cermat.
Ekspektasi rasional pada mulanya diperkenalkan oleh John Muth pada tahun 1961 melalui paper klasiknya yang berjudul “Rational Expectations Hypothesis”. Namun demikian keberadaan ekspektasi rasional ini semakin berkembang dengan adanya studi oleh Lucas (1973) dan dua paper seri dari Barro (1977a,1978b).
A. ASUMSI DASAR
Asumsi dasar bagi bekerjanya model ekspektasi rasional ini adalah :
1. Ekspektasi ini didasarkan kepada informasi yang lengkap yang dimiliki oleh semua pelaku ekonomi, baik tiu konsumen, produsen (simetris). Informasi yang lengkap ini bukan hanya meliputi informasi masa lalu, atau yang baru dialami tetapi juga informasi tentang masa yang akan datang.
2. Berdasarkan informasi-informasi tersebut, pelaku ekonomi akan melakukan tindakan yang rasional. Tindakan rasional yang dimaksudkan disini adalah : produsen cenderung untuk memaksimumkan profit dengan kondela faktor-faktor produksi, sedangkan konsumen cenderung memaksimalkan utility dengan kendala income. Pelaku ekonomi yang rasional akan senantiasa berpegang pada prinsip tersebut terutama dalam menghadapi berbagai perubahan yang timbul dari aspek makroekonomi, seperti inflasi dan pengangguran.
3. Pelaku-pelaku ekonomi mengetahui dengan baik implikasi-inplikasi dari berbagai kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah. Pengetahuan seperti itu terutama didapat dari pengalaman-pengalaman di masa lalu.
Teori ekspektasi rasional menganggap bahwa pada umumnya masyarakat mengetahui dampak yang akan ditimbul sebagai akibat kebijakan-kebijakan pemerintah seperti melakukan anggaran belanja defisit dan dampaknya terhadap perekonomian. Kemampuan untuk memprediksi (to expect and to anticipate) dampak dari tindakan pemerintah seperti itu, memungkinkan pelaku-pelaku ekonomi melakukan tindakan untuk melindungi diri dari dampak buruk kebijakan pemerintah tersebut di masa depan.
Dalam kesempatan lain, Case dan Fair (1999) mengatakan bahwa hipotesis ekspektasi rasional mengasumsikan bahwa orang mengetahui tentang “model ekonomi secara benar”. Sebagai contoh model tentang inflasi. Variabel-variabel yang mempengaruhi terjadinya inflasi, diektahui secara pasti oleh semua pelaku ekonomi secara simetris. Apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap parameter dari variabel-variabel tersebut, maka secara cepat para pelaku ekonomi dapat mengekspektasi perubahan inflasi.
KRITIK TERHADAP EKSPEKTASI RASIONAL
Sebagai suatu pendekatan baru dalam makroekonomi, ekspektasi rasional tidak lepas dari berbagai kritik, baik yang lunak maupun yang sangat keras. Case mengatakan bahwa pertanyaan kunci yang berkenaan dengan ekspektasi rasional ini adalah : Seberapa realistisnya asumsi yang dibangun dari model ekspektasi rasional ? Jika asumsi tersebut memprediksi bagaimana ekspektasi tersebut dibentuk, maka perlu dipertanyakan apabila terjadi kesalahan ekspektasi yang justru menimbulkan ketidakseimbangan. Dari sudut makroekonomi, argumen-argumen yang mendukung ekspektasi rasional cenderung persuasif.
Ekspektasi rasional terlalu menuntut rumah tangga dan perusahaan mengetahui berbagai informasi terlalu banyak. Tidak realistis untuk menganggap unit pengambilan keputusan dasar untuk mengetahui informasi sebanyak yang dituntut. Orang harus mengetahui model yang benar (atau sekurang-kurangnya perkiraan yang baik tentang model yang benar).
Walaupun asumsi ekspektasi rasional itu tampaknya konsisten dengan dalil mikroekonomi tentang maksimalisasi utility dan maksimalisasi profit, asumsi ekspektasi rasional itu dinilai sangat ekstrim.
Michel Carter (1984) mengkritik sangat keras keberadaan ekspekatasi rasional ini. Ia mengatkan bahwa teori ekspektasi rasional sebagai “sangat tidak masuk akal”, karena dianggap tidak realistis. Kritik Carter ini berkaitan dengan empat hal pokok, yaitu : Individu yang rasional, argumentasi tentang pemerintah yang jujur, eksploitasi terhadap seluruh kesempatan untuk memperoleh profit, Hanya sebagian perusahaan membutuhkan rasionalitas tertentu, bukan teori yang kompeten.
1. Individu yang rasional
Newclassical sangat konsern untuk mencoba menjelaskan tentang perilaku individu didalam memaksimalkan utilitasnya. Bagaimana cara mereka untuk secara mandiri mencoba untuk mengetahui tentang variabel-varibel ekonomi yang dibutuhkan untuk memprediksi masa depan ? Jawabannya tentu saja tentu saja berdasarkan rasionalitas mereka. Namun perlu dipertanyakan lebih dalam lagi bagaimana caranya untuk mendapatkan jalan untuk menemukan informasi tersebut. Dalam hal ini akan terdapat ketidaksinkronan antara kenyataan adanya informasi yang lengkap dengan asumsi yang ada pada ekspektasi rasional.
2. Peran pemerintah
Pemerintah yang jujur dalam mengelola manajemen makroekonomi sangat sulit, terutama dalam menciptakan kapasitas penuh tenaga kerja. Sebagai contoh : keinginan pemerintah untuk menekan pengangguran. Yang pada kenyataannya pengangguran ini selalu ada dalam kisaran antara 4 – 7 %.
3. Eksploitasi kesempatan untuk memperoleh profit
Bila suatu perusahaan memiliki informasi untuk memperoleh kesempatan mendapatkan profil, maka ia cenderung untuk mengeksploitasi kesempatan tersebut semaksimal mungkin.
4. Sebagian perusahaan yang membutuhkan rasionalitas tertentu
Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya kesempatan memperoleh profit sebagaimana tersebut diatas tersebut akan mereka reduksi, termasuk apabila itu menyangkut sharing informasi dengan pelaku ekonomio lainnya. Dengan demikian informasi yang lengkap hanya dimiliki oleh sedikit perusahaan.
5. Tidak ada teori yang kompeten
Pada akhirnya Carter mengatakan bahwa ekspektasi rasional sebenarnya tidak didukung oleh teori yang yang kompeten.
-Pro dan Kontra
Lucas menyebutkan bahwa perubahan-perubahan yang tidak terantisipasi saja yang akan mempengaruhi output. Jika terantisipasi maka output = nihil atau dengan kata lain kebijakan moneter tidak akan ampuh digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi output dan kesempatan kerja.
Pihak Pro
Thomas J.S dan Neil Wallace
Kebijakan moneter memang tidak efektif, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Pihak Kontra
F. Mishkin dan R. Gordon
Kebijakan moneter yang sistematis jelas memberi dampak terhadap output.
-Kesimpulan
Dari pendapat-pendapat di atas, memang telah mempengaruhi dunia. Namun, masih perlu penelitian lebih lanjut karena kebijakan moneter yang mempengaruhi output masih belum terbukti jelas dan bersifat fleksibel.
RATEX memberi pengaruh terhadap dunia karena ajaran Ratexlah yang mencetuskan ide bahwa perekonomian diserahkan kepada mekanisme pasar dan itu memberi pengaruh terhadap program-program ekonomi dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.