Ilmu Ekonomi


BAB 1
PENDAHULUAN
P

erencanaan pembangunan ekonomi merupakan peralatan penting dalam pembangunan ekonomi. Selanjutnya pembangunan ekonomi merupakan salah satu pokok bahasan dalam kajian ilmu ekonomi. Sehubungan dengan itu, dalam bab pendahuluan ini secara berturut-turut dikemukakan beberapa pokok pengertian mengenai :
a.       Ilmu ekonomi;
b.      Pembangunan ekonomi;
c.       Perencanaan pembangunan ekonomi; dan
d.      Pembentukan model.
1.1.         ILMU EKONOMI
     Secara singkat pengertian ilmu ekonomi dapat dijelaskan dengan berbagai definisi yang ditinjau dari berbagai sisi, keperluan dan tingkat kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Meskipun demikian semua definisi itu pada hakekatnya mengandung esensi yang sama. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Sehubungan dengan itu berikut ini dikemukakan tujuh definisi ilmu ekonomi sehingga kekurangan yang satu dapat ditutupi oleh yang lainnya[1]
1.         Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai kegiatan-kegiatan yang menyangkut transaksi diantara orang-orang.
2.         Imu ekonomi adalah studi mengenai bagaimana orang-orang memilih untuk menggunakan sumber-sumber produksi yang langka (tanah, tenaga kerja, barang-barang capital dan pengetahuan teknis), dan mendistribusikan hasilnya kepada berbagai anggota masyarakat untuk dikonsumsi.
3.         Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang-orang, sehubungan dengan kegiatan bisnis yang mereka lakukan, pendapat mereka dan perilaku mereka dalam menikmati kehidupan.
4.         Ilmu ekonomi adalah suatu kajian mengenai bagaimana manusia mengusahakan kegiatan-kegiatan produksi dan konsumsi.
5.         Imu ekonomi adalah suatu studi mengenai kemakmuran masyarakat.
6.         Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana memajukan masyarakat dan pendapatannya setinggi mungkin.
7.         Imu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang dan masyarakat menjatuhkan pilihannya, dengan atau tanpa menggunakan uang untuk mempekerjakan sumber-sumber produksi yang langka dan dapat digunakan dengan berbagai kemungkinan, untuk memproduksi sekarang dan nanti diantara berbagai macam orang dan kelompok masyarakat. Ilmu ekonomi menganalisis biaya dan manfaat dari peningkatan penggunaan sumber daya.
Diantara berbagai definisi tersebut, ternyata yang ketujuh adalah yang terpanjang sekaligus terinci.
1.2.    PEMBANGUNAN EKONOMI
1.2.1        Pengertian
          Telah disebutkan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai kemakmuran (definisi 5). Kemakmuran (atau ketidakmakmuran) adalah suatu istilah yang mempunyai pengertian relatif. Dengan menggunakan indikator tertentu, maka tingkat kemakmuran berbagai negara pada berbagai kurun waktu dapat digambarkan dengan jelas. Dalam hubungan ini, maka ilmu ekonomi mempelajari proses peningkatan kemakmuran suatu masyarakat, daerah atau negara.
          Selanjutnya pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai : proses dengan mana Gross National Product (GNP) riel per-kapita atau pendapatan riel per-kapita masyarakat meningkat secara terus-menerus melalui peningkatan produktivitas per kapita[2]
          Definisi ini merupakan suatu definisi singkat yang akseptabel karena hanya memerlukan data statistik yang sederhana. Kekurangannya antara lain adalah terdapatnya masalah-masalah praktis dan konseptual sehubungan dengan pemakaian definisi ini. Statistik GNP per kapita tidak mengatakan apa-apa mengenai distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan umum dalam masyarakat. Berdasarkan perhitungan GNP per kapita, negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah dan Brunei Darussalam di Asia Tenggara termasuk negara-negara yang paling makmur di dunia. Meskipun distribusi pendapatan di antara anggota masyarakat di negara itu pincang, maka mereka termasuk ke dalam jajaran negara maju (NM).
          Sebagai ilustrasi, berikut ini dikemukakan klasifikasi Bank Dunia mengenai tingkat kemakmuran negara-negara di dunia [terdiri atas lima kelompok] yaitu :
[1] berpendapatan rendah,
[2] berpendapatan menengah,
[3] industri perekonomian pasar,
[4] pengekspor minyak surplus modal, dan
[5] industri perekonomian nonpasar.
          Negara-negara berpendapatan rendah adalah negara-negara yang pendapatan per-kapitanya kurang dari US.$.380 per tahun. Pada tahun 1979 Indonesia termasuk ke dalam kelompok ini.
          Negara-negara yang berpendapatan menengah adalah negara yang pendapatan per-kapitanya US.$.380 – ke atas, tetapi tidak sampai US.$.450 per tahun. Pada tahun 1979, Thailand, Singapura dan Pilipina adalah negara-negara Asia Tenggara yang termasuk dalam kelompok ini.
          Negara industri perekonomian pasar adalah negara industri, dimana sebagian besar rakyatnya bekerja di sektor industri. Perekonomian pasar adalah suatu sistem ekonomi dimana alokasi input serta pendistribusian output dalam perekonomian tersebut ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran di pasar. Sistem perekonomian pasar disebut juga sistem ekonomi liberal atau private-liberalism, dimana sektor swasta lebih leluasa bergerak. Negara-negara yang termasuk ke dalam kelompok ini umumnya mempunyai pendapatan per-kapita lebih tinggi dari US.$.4,000 per tahun, yang oleh karena itu dapat dikategorikan sebagai negara yang berpendapatan tinggi.
          Negara-negara pengekspor minyak surplus modal adalah negara-negara kaya minyak dimana kekayaan atau modal yang mereka miliki tidak dapat diserap oleh perekonomian dalam negeri mereka. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah Iraq, Arab Saudi, Libya dan Kuwait yang kebetulan adalah negara-negara arab. Kuwait bahkan mempunyai pendapatan per-kapita yang tertinggi di dunia, yaitu sekitar US.$.17,100 per-tahun.
          Negara-negara industri perekonomian non pasar adalah negara-negara dimana alokasi input dan outputnya ditentukan oleh pemerintah. Sektor swasta dapat dikatakan hampir tidak mempunyai peranan sama sekali. Jadi bertolak belakang dengan negara industri perekonomian pasar, dimana sektor swasta memegang peranan yang sangat penting. Termasuk kelompok ini adalah negara-negara komunis yang sudah relatif maju, yaitu Uni Sovyet, Jerman Timur, Cekoslowakia, Polandia, Bulgaria dan Hongaria. Sebagai ilustrasi dalam Tabel 1.1 berikut ini dikemukakan pendapatan per-kapita beberapa negara di dunia.







Tabel 1.1
Pendapatan Nasional Per-kapita Beberapa Negara,  Tahun 1990 (US$)
Negara
Pendapatan per-kapita
1. Berpendapatanrendah

Banglades
210
Ethiophia
120
Nepal
170
Myanmar
677
Afganistan
652
India
350
Srilanka
470
China
370
Pakistan
380
Tanzania
110
Zaire
220
Madagaskar
230
Uganda
220
Indonesia
570
Mesir
600
Honduras
590
Nigeria
290
2. Berpendapatanmenengah

    2.1 Menengahbawah

Zimbabwe
640
Kamerun
960
Thailand
1.420
Filipina
730
Papua New Guinea
860
El Savador
1,100
Peru
1,160
Maroko
950
Syria
1,000
Turki
1,630
Chile
1940
Aljazair
2,060
Malaysia
2,320
Argentina
2,370
Iran
2,490
  2.2 Menengahatas

Meksiko
2,490
Afrika Selatan
2,530
Venezuela
2,560
Uruguay
2,560
Bersambungkehalamanberikut…








Sambungan…

Brazil
2,680
Honggaria
2,780
Yugoslavia
3,060
Cekoslavia
3,140
Portugal
4,900
Korea Selatan
5,400
Yunani
5,990
Arab Saudi
7,050


3. BerpendapatanTinggi

Irlandia
9,550
Israel
10,920
Spanyol
11,020
Singapur
11,160
SelandiaBaru
12,680
Belgia
15,540
Inggeris
16,100
Italy
16,830
Australia
17,000
Belanda
17,320
Austria
19,060
Perancis
19,490
UniEmirat Arab
19,860
Canada
20,470
Denmark
22,080
Jerman
22,320
Norwegia
23,120
Swedia
23,660
Jepang
25,430
Finlandia
26,040
Swis
32,680
Sumber: DiolahdariWorld Development Report, World Bank, 1992 p. 218-219.
1.2.2        Pertumbuhandan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan output dari waktu ke waktu. Sedangkan pembangunan ekonomi tidak hanya berarti pertumbuhan output tetapi juga mencakup pertamgahan jenis output yang di produksi. Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut di produksi dan didistribusikan. Dengan demikian perbedaan antara pertumbuhan dengan pembangunan ekonomi dapat dianalogikan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam tubuh manusia. Pertumbuhan dalam diri manusia menyangkut perubahan-perubahan yang bersifat menyeluruh/garis besar seperti tinggi dan berat badan. Sementara dalam pembangunan termasuk perubahan-perubahan kemampuan yang bersifat fungsional seperti : penguasaan diri, kemampuan belajar atau kemampuan untuk beradaptasi dengan keadaan yang sedang berubah.
Pada tahap-tahap awal, suatu perekonomian yang mengalami pertumbuhan dapat membuka jalan bagi terjadinya pembangunan ekonomi, meskipun demikian terdapat beberapa pengecualian yang menarik. Robert Clower menemukan bahwa pertumbuhan ekspor produk-produk primer yang pesat dari Liberia, ternyata tidak menimbulkan perubahan struktural dan kelembagaan yang merangsang sektor-sektor perekonomian lainnya di Negara itu.[3] Jadi perekonomian mengalami pertumbuhan tetapi tanpa pembangunan. Keadaan terjadi karena sebahagian besar mata rantai produksi dan ekspor produk-produk primer tersebut berada di tangan perusahaan-perusahaan besar milik negara lain.
Perusahaan-perusahaan besar itu dikenal dengan sebutan ‘Multi National Corporation’ (MNC) atau ‘Transnational Corporation’ (TNC). Salah satu TNC adalah beroperasi dengan skala besar. Sebaliknya pihak pribumi berusaha secara kecil-kecilan dengan teknologi tradisional dan oleh karena itu sering tidak efisien. Selanjutnya MNC berorientasi kepada pasar dunia atau ke Negara-negara industri. Sehingga ‘leverageeffect’ dari pertumbuhan produk-produk primer Liberia ini banyak merangsang pembangunan ekonomi ekonomi di Negara-negara industri, terutama di negara-negara industri dari MNC itu berasal.
Kasus yang sama tetapi dengan intensitas yang berbeda terjadi pula pada beberapa daerah di Indonesia. Minyak bumi, karet, timah, kayu dan rotan adalah beberapa contoh dari beberapa produk-produk yang menempati papan atas dalam peta ekspor Indonesia selama puluhan tahun. Bahkan produk-produk itu merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan negara ini.
Produk-produk tersebut semuanya berasal dari daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti Aceh,Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Irian Jaya. Akan tetapi dalam proses pembangunan ekonomi di Indonesia, daerah-daerah ini relative terbelakang dibandingkan dengan daerah-daerah di  pulau jawa. Proses pembangunan ekonomi baru mulai menyentuh daerah-daerah ini ketika pemerintah orde baru yang berkuasa sejak tahun 1966 secara berangsur-angsur mengembangkan jaringan transportasi, irigasi, fasilitas-fasilitas kesehatan dan pendidikan ke seantero negeri ini. Pembangunan semua prasarana ini dikaitkan pula dengan program-program dari Jawa ke luar Jawa.
Sebahagian besar ekspor jatuh ke tangan MNC, para pekerja asing, perusahaan besar domestic dan pemerintahan Indonesia. Penerimaan ekspor ini kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk pembelian produk-produk konsumsi dan pembiayaan investasi baru. Bahagian yang diterima oleh MNC berikut karyawan asingnya mengalir lagi keluar negeri. Bahagian perusahaan besar domestic sebahagian mengalir ke pulau Jawa seperti, Medan, Ujung Pandang dan Palembang. Bahagian pemerintah melalui APBN, didistribusikan ke seluruh penjuru negeri ini, tetapi sebahagian besar kembali ke pulau Jawa. ‘Leverage Effect’ yang timbul oleh pertumbuhan ekspor produk primer tersebut, dengan demikian hanya sedikit sekali menyentuh pembangunan negeri di daerah sumbernya.
Burma sering pula dikemukakan sebagai contoh Klasik Negara yang mengalami pertumbuhan tanpa pembangunan. Ketika Terusan Suez dibuka pada tahun 1896 oleh Ferdinan De Lessev permintaan ekspor menjadi terangsang dan Burma segera menjadi lumbung padi Asia. Dalam tempo dua puluh lima tahun ekspor Burma meningkat menjadi tujuh kali lipat. Tetapi peningkatan produksi yang menjolok ini dicapai dengan metoda ekstensifikasi yang menambah luas lahan tanpa perbaikan yang berarti dalam bidang ekonomi teknologinya. Perekonomian Burma tumbuh tetapi tidak berkembang. Perubahan yang terjadi hanya dalam ukuran (size) bukan dalam fungsi.
Sebaliknya, pembangunan ekonomi yang juga berarti perubahan output, selalu mengandung unsure pertumbuhan ekonomi. Perubahan “fungsi” hamper secara otomatis menimbulkan perubahan “ukuran”. Akan tetapi pembangunan ekonomi harus diambil oleh situasi output total yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut harus melampaui tahap “subsistentsi”. Singkatnya pembangunan ekonomi hamper sepenuhnya tergantung kepada suatu tongkat pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
1.2.3        Karekteristik Negara-negara Terbelakang
Lima klasifikasi negara-negara yang dikemukakan oleh Bank Dunia tadi dapat disederhanakan menjadi dua kelompok berikut.
1               Negara-negara terbelakang (NT) atau Negara-negara yang kurang berkembang (Under-Developed Countries, UDC). Untuk tidak melukai perasaan beberapa penulis menggunakan istilah “Developing Countries” (DC), yaitu Negara yang sedang membangun (NSB). Dalam buku ini selanjutnya digunakan singkatan NT dan NSB.
2               Negara-negara maju (NM)atau Developed Countries (DC) bertolak dari klasifikasi ini, maka tujuan pembangunan ekonomi suatu Negara dapat didefinisikan sebagai suatu proses NT menjadi NM.
Sehubungan dengan itu, berikut ini diketengahkan karakteristik keterbelakangan (dan kemajuan) suatu Negara.
a.                  NT mempunyai pendapatan per-kapita yang rendah yang berarti pula kemiskinan (Tabel 1.2)
b.                  Lebih dari separuh angkatan kerja di NT berada di sektor pertanian di banding dengan di NM yang umumnya kurang dari 10 %, kecuali di Jepang yang mencapai angka 13% pada tahun 1979 (Lihat Tabel 1.2), bahkan Amerika Serikat yang dikenal salah satu lumbung pangan dunia hanya 2% dari total angkatan kerjanya berada di sektor pertanian.
c.                  Angka-angka dalam Tabel 1.2 selanjtnya menunjukkan bahwa semakin sedikit proporsi angkata sektor pertanian, maka semakin besar persentase angkatan kerja sektor industri atau jasa. Pada tahun 1979, Bangladesh, Negara berpendapatan terendah di Asia Selatan dengan pendapatan  perkapita US$ 90,- per tahun, 74% dari total angkatan kerjanya berada di sektor pertanian. Sementara pada tahun yang sama Jerman Barat, NM dengan pendapatan total US$ 11.730,- per tahun angkatan kerja di sektor pertaniannya sangat sedikit.
            Selama periode 1960-1979 pendapatan per-kapita setiap Negara pada umumnya telah mengalami peningkatan yang berarti, sementara presentase angkatan kerja di sektor swasta (jasa) ternyata menurun.
d.                 Pada kenyataannya di NT proses produksi pertanian dilakukan pada lahan sempit, dan dalam banyak kasus disewa oleh petani, karena tidak ada milik sendiri. Situasi ini disebakan oleh tekanan terhadap tanah yang tinggi. Misalnya di China dan Indina yang jumlah penduduk keduanya sekitar 2 Milyar orang atau sekitar 37% dari total penduduk dunia pada tahun 1989.
e.                  Dualisme teknis merupakan hal yang sering dijumpai di NT, dimana indsutri modern berdampingan dengan proses produksi tradisional yang tidak pernah disentuh oleh perubahan.
f.                   Perbandingan antara capital dan tenaga kerja atau “capital/labor ratio” atau (K/L) rendah.
g.                  Tidak terdapat kelompok menengah, pendidikan sangat kurang, dan banyak buta huruf (Tabel 1.3).
h.                  Sebahagian NT mempunyai sistem pemerintahan yang tidak demokratis dan cenderung memiliki sifat-sifat tradisional yang melekat pada nilai-nilai hirartik dan otoriter.
i.                    Sumber daya alam yang dimiliki sangat berbeda antar satu negara dengan negara lainnya, tetapi sering kali belum dikembangkan atau kalau sudah diolah berada dalam genggaman orang asing.
j.                    Sebahagian NT memiliki orientasi perdagangan luar negeri yang kuat, biasanya mengekspor sekitar 10-15% dari GNP mereka, sebahagian besar dalam bentuk satu atau dua produk pertanian atau bahan mentah. Sebaliknya mengimpor produk-produk akhir terutama mesin-mesin dan produk-produk manufaktur lainnya.
k.                  Sebahagian besar GNP NT biasanya berasal dari sektor pertanian/sektor primer lainnya. Sektor industri kurang berkembang dan oleh karena itu kontribusinya terhadap GNP juga kecil. Kemudian semakin maju negara itu, presentase GNP yang berasal dari sektor pertanian semakin berkurang (table 1.4).
l.                    Tingkat konsumsi energi rendah, kemudian meningkat seiring dengan kemajuan masyarakat. Energi banyak digunakan pada peralatan produksi modern dan dalam berbagai bentuk produk konsumsi, rekreasi dan transportasi.







Tabel 1.2
Distribusi Angkatan Kerja Menurut Sektor (presentase)
SEKTOR
PERTANIAN
INDUSTRI
JASA
NEGARA
1960
1979
1960
1979
1960
1979
Berpendapatan Rendah






Bangladesh
87
74
3
11
10
11
Ethiopia
88
80
 -
7
7
13
Burma
 -
67
 -
10
 -
23
India
74
71
11
11
15
18
Pakistan
61
57
18
20
21
23
China
 -
71
 -
17
  -
12
Tanzania
89
83
4
6
7
11
Uganda
89
88
4
6
7
11
Indonesia
75

8
18
17
20
Sudan
88
78
6
10
8
12
Berpendapatan Menengah






Kenya
86
78
5
10
9
12
Mesir
58
50
12
29
30
21
Thailand
84
77
4
9
12
14
Philipina
61
47
15
17
24
36
Syria
54
32
19
31
27
37
Korea Utara
62
50
23
32
15
18
Turki
78
54
11
13
11
33
Malaysia
63
51
12
16
23
33
Korea Selatan
66
36
9
30
25
34
Brazil
52
40
15
22
33
38
Singapura
8
2
23
38
69
60
Industri






Italia
31
11
40
10
9
12
Selandia Baru
15
9
37
35
48
56
Australia
11
6
40
33
49
61
Jepang
33
13
30
38
37
49
Inggris
4
2
48
42
29
44
Canada
13
5
35
29
39
52
Perancis
22
9
39
39
39
52
Amerika Serikat
7
2
36
32
57
66
Jerman Barat
14
4
48
47
38
49
Belanda
11
6
42
45
47
49
Denmark
18
7
37
36
45
57
Bulgari
57
38
25
38
18
24
Uni Sovyet
42
15
29
44
29
41
Sumber : Bank Dunia, 1981, op-cit., hh. 202-203



Tabel 1.3
Persentase Penduduk Yang mengikuti Berbagai Jenjang Pendidikan Dari Golongan Umur 1960
NEGARA
Sekolah Dasar
Sekolah lanjutan
Perguruan Tinggi
Melek Huruf Orang Dewasa
Berpendapatan Rendah




Bangladesh
47
8
1
22
Ethiopia
7
9c
td
15a
Burma
56
10
1
60
India
61
20
3
28
China
102
51c
1b
15
Tanzania
25
2
td
66a
Uganda
49
3
1b
35
Indonesia
71
6
1
39
Sudan
25
3
td
13
Berpendapatan Menengah




Kenya
47
2
1b
20
Mesir
66
16
5
26
Thailand
83
13
2
68
Philipina
95
26
13
72
Turki
75
14
3
38
Malaysia
96
19
1
53
Syiria
65
16
4
30
Korea Selatan
94
27
5
71
Singapura
111
32
6
Td
Industri




Italia
111
34
7
91
Jepang
103
74
10
98
Inggris
92
66
9
99a
Canada
107
46
16
99a
Amerika Serikat
118
86
32
98
Jerman Barat
113
94
6
99a
Belanda
105
58
13
99a
Perancis
114
46
10
99a
Swiss
118
26
7
99a
Bulgaria
93
55
11
91
Uni Sovyet
100
49
11
98
Sumber : Bank Dunia, 1981, op-cit., hh. 210-211.
Ket : a = data tahun 1976, b = data tahun 1977, c = data tahun 1978, td = tidak ada data.







Tabel 1.4
Struktur Produk Domestik Bruto (persen)
SEKTOR
PERTANIAN
INDUSTRI
JASA
NEGARA
1960
1979
1960
1979
1960
1979
Berpendapatan Rendah






Bangladesh
61
56
8
13
31
31
Ethiopia
65
46
12
15
23
39
Burma
33
45
12
14
55
41
India
50
38
20
27
30
35
Pakistan
46
32
16
24
38
44
China
td
31
td
47
td
22
Tanzania
57
54
11
13
32
33
Uganda
52
55
13
7
35
38
Indonesia
54
30
14
33
32
37
Berpendapatan Menengah






Kenya
38
34
18
21
44
45
Mesir
30
23
24
35
46
42
Thailand
40
26
19
28
41
46
Philipina
26
24
28
35
46
41
Turki
41
23
21
29
38
48
Malaysia
37
24
18
33
45
43
Korea Selatan
37
20
20
39
43
41
Brazil
16
11
35
38
49
51
Mexico
16
10
29
38
55
52
Singapura
4
2
18
36
78
62
Industri






Italia
13
7
41
43
46
50
Inggris
4
2
43
36
53
62
Jepang
13
5
45
42
42
53
Canada
6
4
34
33
60
63
Perancis
10
5
38
34
52
61
Belanda
9
4
46
37
45
59
Amerika Serikat
4
3
38
34
58
63
Jerman Barat
6
2
53
49
41
49
Swedia
7
3
40
32
53
65
Norwegia
9
5
33
37
58
58
Bulgaria
32
19
53
63
15
18
Polandia
26
16
57
64
17
20
Uni Sovyet
24
15
62
62
17
22
Cekoslovakia
16
8
73
74
11
18
Hungaria
24
5
69
59
7
26
Sumber : Bank Dunia, 1981, op-cit., hh. 170-171.

1.2.3   Indikator Pembangunan Ekonomi
Keanekaragaman tujuan pembangunan ekonomi diceminkan oleh keanekaragaman indikator yang digunakan untuk mengukurnya. Bila diukur dengan pembangunan ekonomi dalam materi, maka indikator yang bisa digunakan adalah : Gross National Product (GNP), Konsep ini kemudian berkembang lebih lanjut menjadi “GNP” perkapita yaitu : GNP dibagi dengan jumlah penduduk. Selanjutnya bila yang hendak diukur adalah “distribusi Pendapatan” serta jumlah penduduk yang hidup dibawah “ palang kemiskinan”. GNP per kapita sebagai indikator pembangunan di anggap kurang memuaskan , sehingga timbul beberapa usaha untuk memperbaikinya.
Nourdhaus dan Tobin mengemukakan konsep “Measure of Economic Welfare” (NEW)4[4]. Samuelson mendefinisikan GNP menjadi “Net Economic Welfare” (NEW)[5], dengan menambah dan mengeluarkan perkiraan-perkiraan tertentu keadaan dari GNP. Perkiraan-perkiraan yang ditambah kedalam GNP, misalnya jasa hiburan dan pelayanan lainnya yang diberikan oleh ibu rumah tangga. Perkiraan yang dikurangi, misalnya biaya produksi.
Adelman dan Moris menggunakan delapan belas indikator ekonomi dalam studinya mengenai pertumbuhan ekonomi dan keadilan social di NSB> Indikator-indikator itu adalah sebagai berikut[6] :
1.                  Pendapatan perkapita,
2.                  Laju pertumbuhan riel pendapatan per-kapita,
3.                  Tersedianya sumber-sumber alam,
4.                  Tingkat investasi bruto,
5.                  Modernisasi industri,
6.                  Tingkat industrialisasi,
7.                  Sifat organisasi pertanian,
8.                  Modernisasi teknik pertanian,
9.                  Kemajuan produktivitas pertanian,
10.              Kecukupan physical overhead capital,
11.              Keefektifan sistem perpajakan,
12.              Keefektifan lembaga-lembaga keuangan,
13.              Kemajuan lembaga-lembaga keuangan,
14.              Kemajuan sumber daya manusia,
15.              struktur perdagangan luar negeri,
16.              laju pertumbuhan penduduk,
17.              luas wilayah dan orientasi strategi pembangunan,

1.3.         PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi akan berjalan lebih efisien dan efektif bila disertai dengan suatu rencana yang baik. Pada mulanya istilah perencanaan sering digunakan untuk sesuatu yang berhubungan dengan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), manajemen fasilitas-fasilitas umum dan perusahaan-perusahaan Negara, serta penyusunan program-program  pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lainnya. Suatu perencanaan pembangunan biasanya berisi satu atau beberapa bahagian berikut :
1.             Suatu survey mengenai kondisi perekonomian yang kini sedang berlangsung.
2.             Suatu daftar mengenai rencana pengeluaran pemerintah.
3.             Suatu diskusi atau pembahasan mengenai kemungkinan pengembangan sektor swasta.
4.             Suatu proyeksi makro ekonomi dari perekonomian yang bersangkutan.
5.             Suatu tinjauan mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah.
1.3.1 Survey kondisi perekonomian
Suatu perencanaan secara normal diawali dengan kajian terhadap perkembangan ekonomi yang sekarang sedang berlangsung, terutama selama periode perencanaan sebelumnya. Jadi, misalnya penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun V (Repelita) harus diawali dengan suatu kajian atau tinjauan mengenai perkembangan ekonomi selama repelita IV, III dan seterusnya. Dalam hal ini variabel-variabel penting yang perlu diperhatikan terutama adalah : Jumlah penduduk, Pendapatan Nasional (GNP), investasi, saving, konsumsi, pengeluaran pemerintah, pajak neraca pembayaran, dan penampilan industri utama yang ada di Negara bersangkutan. Informasi-informasi ini diperlukan untuk menentukan arah dan prioritas perencanaan pada masa yang akan datang.
1.3.2 Proyeksi Ekonomi Makro
Proyeksi ekonomi makro diperlukan untuk menguji konsistensi diantara asumsi-asumsi dan proposal-proposal kuantitatif perencanaan. Dan dapat pula digunakan untuk mendorong dan mengarahkan investasi dengan jalan mengungkapkan keterkaitan antar-sektor dalam perekonomian itu. Kegunaan dari pengujian ini tergantung pada kualitas dari pengujian statistik yang digunakan. Statistik tertentu mungkin sangat berguna untuk menjelaskan kondisi suatu perekonomian yang kompleks dan berskala besar, tetapi mungkin tidak dapat menggambarkan kondisi perekonomian berskala kecil.
1.3.3 Kemungkinan Pengembangan Sektor Swasta
Inti dari perencanaan produktivitas sektor swasta terletak pada seperangkat kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong pihak swasta menggunakan waktu dan sumber-sumber daya yang mereka miliki dengan lebih produktif. Kualitas perencanaan lebih tergantung kepada kualitas kebijakan-kebijakan daripada perhitungan kualitatif dan kuantitatif.
1.4.    PEMBENTUKAN MODEL
Model ekonomi adalah suatu statement mengenai keterkaitan di antara satu variabel ekonomi dengan variabel ekonomi lainnya. Tujuannya adalah mengilustrasikan hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel penting dalam dunia nyata dengan mengenyampingkan kerumitan-kerumitan yang tidak relevan. Sehubungan dengan itu maka tugas yang paling berat bagi pembuat model adalah memilih variabel-variabel yang relevan diantara sekian banyak variabel yang tersedia.
Model ekonomi dapat dikemukakan dalam bentuk prosa (kalimat), dalam bentuk geometris atau dalam bentuk matematika. Variabel-variabel tersebut harus didefinisikan secara jelas. Variabel-variabel tersebut dapat dipilih menjadi dua kategori, yaitu : variabel “independen” dan variabel “dependen”. Variabel dependen merupakan akibat, yaitu nilainya tergantung  variasi nilai variabel independen. Sedangkan variabel dependen merupakan penyebab. Dalam bentuk persamaan, variabel dependen letaknya disebelah kiri tanda “=”, sedangkan variabel independen terletak disebelah kanannya.
Model yang lebih kompleks terdiri dari beberapa persamaan, dimana masing-masing variabel yang terdapat di dalam persamaan tersebut mempunyai hubungan secara simultan. Misalnya model tersebut berbentuk system dua persamaan dengan dua bilangan gaib. Model seperti ini solusi aljabarnya harus dilakukan secara simultan. Supaya mempunyai validitas ilmiah model-model itu harus berisi variabel-variabel yang dapat diukur secara empiris.


[1]Lihat Paul A. Samuelson, Economics [Eleven Edition] [Tokyo : McGraw-Hill Book Company, 1980], p.2
[2]Lihat Dominick Salvatore and Edward Dowling., Theory and Problem of Development Economics [New York : McGraw-Hill Book Company., 1977], p.1.
[3] Robert Clower, Growth Without Development [Evanston, III : Northwestern University Press, 1966].vi.
[4] William D. Nordhaus dan james Tobin, “Is Growth Obsolet”, dalam Fiftieth Anniversary Colloqium V, National Bureau of Economic Research (New York : Colombia University Press, 1972), seperti yang dikutip oleh Hendra Esmara, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia ( Jakarta zpt. Gramedia, 1986) Ha. 380.
[5] Samuelson, op-cit. , p. 186
[6] Irma Adelman & Cyntia Morris, Economics Growth & Social equity in Developing Countries (Standford : Standford University Press, 1973).
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.