BAB
1
PENDAHULUAN
P
|
erencanaan pembangunan ekonomi merupakan peralatan
penting dalam pembangunan ekonomi. Selanjutnya pembangunan ekonomi merupakan
salah satu pokok bahasan dalam kajian ilmu ekonomi. Sehubungan dengan itu,
dalam bab pendahuluan ini secara berturut-turut dikemukakan beberapa pokok
pengertian mengenai :
a. Ilmu ekonomi;
b. Pembangunan ekonomi;
c. Perencanaan pembangunan ekonomi; dan
d.
Pembentukan model.
1.1.
ILMU EKONOMI
Secara singkat pengertian ilmu
ekonomi dapat dijelaskan dengan berbagai definisi yang ditinjau dari berbagai
sisi, keperluan dan tingkat kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Meskipun
demikian semua definisi itu pada hakekatnya mengandung esensi yang sama. Masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Sehubungan dengan itu
berikut ini dikemukakan tujuh definisi ilmu ekonomi sehingga kekurangan yang
satu dapat ditutupi oleh yang lainnya[1]
1.
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai kegiatan-kegiatan
yang menyangkut transaksi diantara orang-orang.
2.
Imu ekonomi adalah studi mengenai bagaimana orang-orang
memilih untuk menggunakan sumber-sumber produksi yang langka (tanah, tenaga
kerja, barang-barang capital dan
pengetahuan teknis), dan mendistribusikan hasilnya kepada berbagai anggota
masyarakat untuk dikonsumsi.
3.
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana
orang-orang, sehubungan dengan kegiatan bisnis yang mereka lakukan, pendapat
mereka dan perilaku mereka dalam menikmati kehidupan.
4.
Ilmu ekonomi adalah suatu kajian mengenai bagaimana
manusia mengusahakan kegiatan-kegiatan produksi dan konsumsi.
5.
Imu ekonomi adalah suatu studi mengenai kemakmuran
masyarakat.
6.
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana
memajukan masyarakat dan pendapatannya setinggi mungkin.
7.
Imu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang
dan masyarakat menjatuhkan pilihannya, dengan atau tanpa menggunakan uang untuk
mempekerjakan sumber-sumber produksi yang langka dan dapat digunakan dengan
berbagai kemungkinan, untuk memproduksi sekarang dan nanti diantara berbagai
macam orang dan kelompok masyarakat. Ilmu ekonomi menganalisis biaya dan
manfaat dari peningkatan penggunaan sumber daya.
Diantara berbagai definisi tersebut, ternyata yang
ketujuh adalah yang terpanjang sekaligus terinci.
1.2. PEMBANGUNAN EKONOMI
1.2.1
Pengertian
Telah disebutkan bahwa ilmu
ekonomi adalah suatu studi mengenai kemakmuran (definisi 5). Kemakmuran (atau
ketidakmakmuran) adalah suatu istilah yang mempunyai pengertian relatif. Dengan
menggunakan indikator tertentu, maka tingkat kemakmuran berbagai negara pada
berbagai kurun waktu dapat digambarkan dengan jelas. Dalam hubungan ini, maka
ilmu ekonomi mempelajari proses peningkatan kemakmuran suatu masyarakat, daerah
atau negara.
Selanjutnya pembangunan
ekonomi dapat didefinisikan sebagai : proses dengan mana Gross National Product (GNP) riel per-kapita atau pendapatan riel
per-kapita masyarakat meningkat secara terus-menerus melalui peningkatan
produktivitas per kapita[2]
Definisi ini merupakan suatu
definisi singkat yang akseptabel karena hanya memerlukan data statistik yang
sederhana. Kekurangannya antara lain adalah terdapatnya masalah-masalah praktis
dan konseptual sehubungan dengan pemakaian definisi ini. Statistik GNP per kapita
tidak mengatakan apa-apa mengenai distribusi pendapatan dan tingkat
kesejahteraan umum dalam masyarakat. Berdasarkan perhitungan GNP per kapita,
negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah dan Brunei Darussalam di Asia
Tenggara termasuk negara-negara yang paling makmur di dunia. Meskipun
distribusi pendapatan di antara anggota masyarakat di negara itu pincang, maka
mereka termasuk ke dalam jajaran negara maju (NM).
Sebagai ilustrasi, berikut
ini dikemukakan klasifikasi Bank Dunia mengenai tingkat kemakmuran
negara-negara di dunia [terdiri atas lima kelompok] yaitu :
[1] berpendapatan rendah,
[2] berpendapatan menengah,
[3] industri perekonomian pasar,
[4] pengekspor minyak surplus modal, dan
[5] industri perekonomian nonpasar.
Negara-negara
berpendapatan rendah adalah negara-negara yang pendapatan per-kapitanya kurang
dari US.$.380 per tahun. Pada tahun 1979 Indonesia termasuk ke dalam kelompok
ini.
Negara-negara
yang berpendapatan menengah adalah negara yang pendapatan per-kapitanya
US.$.380 – ke atas, tetapi tidak sampai US.$.450 per tahun. Pada tahun 1979,
Thailand, Singapura dan Pilipina adalah negara-negara Asia Tenggara yang
termasuk dalam kelompok ini.
Negara
industri perekonomian pasar adalah negara industri, dimana sebagian besar
rakyatnya bekerja di sektor industri. Perekonomian pasar adalah suatu sistem
ekonomi dimana alokasi input serta pendistribusian output dalam perekonomian
tersebut ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran di pasar. Sistem
perekonomian pasar disebut juga sistem ekonomi liberal atau private-liberalism, dimana sektor swasta
lebih leluasa bergerak. Negara-negara yang termasuk ke dalam kelompok ini
umumnya mempunyai pendapatan per-kapita lebih tinggi dari US.$.4,000 per tahun,
yang oleh karena itu dapat dikategorikan sebagai negara yang berpendapatan
tinggi.
Negara-negara
pengekspor minyak surplus modal adalah negara-negara kaya minyak dimana
kekayaan atau modal yang mereka miliki tidak dapat diserap oleh perekonomian
dalam negeri mereka. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah Iraq, Arab Saudi,
Libya dan Kuwait yang kebetulan adalah negara-negara arab. Kuwait bahkan
mempunyai pendapatan per-kapita yang tertinggi di dunia, yaitu sekitar
US.$.17,100 per-tahun.
Negara-negara
industri perekonomian non pasar adalah negara-negara dimana alokasi input dan
outputnya ditentukan oleh pemerintah. Sektor swasta dapat dikatakan hampir
tidak mempunyai peranan sama sekali. Jadi bertolak belakang dengan negara
industri perekonomian pasar, dimana sektor swasta memegang peranan yang sangat
penting. Termasuk kelompok ini adalah negara-negara komunis yang sudah relatif
maju, yaitu Uni Sovyet, Jerman Timur, Cekoslowakia, Polandia, Bulgaria dan
Hongaria. Sebagai ilustrasi dalam Tabel 1.1 berikut ini dikemukakan pendapatan
per-kapita beberapa negara di dunia.
Tabel 1.1
Pendapatan Nasional Per-kapita Beberapa Negara, Tahun 1990 (US$)
Negara
|
Pendapatan
per-kapita
|
1. Berpendapatanrendah
|
|
Banglades
|
210
|
Ethiophia
|
120
|
Nepal
|
170
|
Myanmar
|
677
|
Afganistan
|
652
|
India
|
350
|
Srilanka
|
470
|
China
|
370
|
Pakistan
|
380
|
Tanzania
|
110
|
Zaire
|
220
|
Madagaskar
|
230
|
Uganda
|
220
|
Indonesia
|
570
|
Mesir
|
600
|
Honduras
|
590
|
Nigeria
|
290
|
2. Berpendapatanmenengah
|
|
2.1
Menengahbawah
|
|
Zimbabwe
|
640
|
Kamerun
|
960
|
Thailand
|
1.420
|
Filipina
|
730
|
Papua New Guinea
|
860
|
El Savador
|
1,100
|
Peru
|
1,160
|
Maroko
|
950
|
Syria
|
1,000
|
Turki
|
1,630
|
Chile
|
1940
|
Aljazair
|
2,060
|
Malaysia
|
2,320
|
Argentina
|
2,370
|
Iran
|
2,490
|
2.2 Menengahatas
|
|
Meksiko
|
2,490
|
Afrika Selatan
|
2,530
|
Venezuela
|
2,560
|
Uruguay
|
2,560
|
Bersambungkehalamanberikut…
|
|
|
|
|
|
|
|
Sambungan…
|
|
Brazil
|
2,680
|
Honggaria
|
2,780
|
Yugoslavia
|
3,060
|
Cekoslavia
|
3,140
|
Portugal
|
4,900
|
Korea Selatan
|
5,400
|
Yunani
|
5,990
|
Arab Saudi
|
7,050
|
|
|
3. BerpendapatanTinggi
|
|
Irlandia
|
9,550
|
Israel
|
10,920
|
Spanyol
|
11,020
|
Singapur
|
11,160
|
SelandiaBaru
|
12,680
|
Belgia
|
15,540
|
Inggeris
|
16,100
|
Italy
|
16,830
|
Australia
|
17,000
|
Belanda
|
17,320
|
Austria
|
19,060
|
Perancis
|
19,490
|
UniEmirat Arab
|
19,860
|
Canada
|
20,470
|
Denmark
|
22,080
|
Jerman
|
22,320
|
Norwegia
|
23,120
|
Swedia
|
23,660
|
Jepang
|
25,430
|
Finlandia
|
26,040
|
Swis
|
32,680
|
Sumber: DiolahdariWorld
Development Report, World Bank, 1992 p. 218-219.
1.2.2
Pertumbuhandan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
menunjukkan pertumbuhan output dari waktu ke waktu. Sedangkan pembangunan
ekonomi tidak hanya berarti pertumbuhan output tetapi juga mencakup pertamgahan
jenis output yang di produksi. Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan
dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut di
produksi dan didistribusikan. Dengan demikian perbedaan antara pertumbuhan
dengan pembangunan ekonomi dapat dianalogikan dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi dalam tubuh manusia. Pertumbuhan dalam diri manusia
menyangkut perubahan-perubahan yang bersifat menyeluruh/garis besar seperti
tinggi dan berat badan. Sementara dalam pembangunan termasuk
perubahan-perubahan kemampuan yang bersifat fungsional seperti : penguasaan
diri, kemampuan belajar atau kemampuan untuk beradaptasi dengan keadaan yang
sedang berubah.
Pada tahap-tahap awal, suatu
perekonomian yang mengalami pertumbuhan dapat membuka jalan bagi terjadinya
pembangunan ekonomi, meskipun demikian terdapat beberapa pengecualian yang
menarik. Robert Clower menemukan bahwa pertumbuhan ekspor produk-produk primer
yang pesat dari Liberia, ternyata tidak menimbulkan perubahan struktural dan
kelembagaan yang merangsang sektor-sektor perekonomian lainnya di Negara itu.[3]
Jadi perekonomian mengalami pertumbuhan tetapi tanpa pembangunan. Keadaan
terjadi karena sebahagian besar mata rantai produksi dan ekspor produk-produk
primer tersebut berada di tangan perusahaan-perusahaan besar milik negara lain.
Perusahaan-perusahaan
besar itu dikenal dengan sebutan ‘Multi
National Corporation’ (MNC) atau ‘Transnational
Corporation’ (TNC). Salah satu TNC adalah beroperasi dengan skala besar.
Sebaliknya pihak pribumi berusaha secara kecil-kecilan dengan teknologi
tradisional dan oleh karena itu sering tidak efisien. Selanjutnya MNC
berorientasi kepada pasar dunia atau ke Negara-negara industri. Sehingga ‘leverageeffect’ dari pertumbuhan
produk-produk primer Liberia ini banyak merangsang pembangunan ekonomi ekonomi
di Negara-negara industri, terutama di negara-negara industri dari MNC itu
berasal.
Kasus yang sama
tetapi dengan intensitas yang berbeda terjadi pula pada beberapa daerah di
Indonesia. Minyak bumi, karet, timah, kayu dan rotan adalah beberapa contoh
dari beberapa produk-produk yang menempati papan atas dalam peta ekspor
Indonesia selama puluhan tahun. Bahkan produk-produk itu merupakan salah satu
unsur penting dalam pembangunan negara ini.
Produk-produk
tersebut semuanya berasal dari daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti
Aceh,Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Maluku dan Irian Jaya. Akan tetapi dalam proses pembangunan ekonomi
di Indonesia, daerah-daerah ini relative terbelakang dibandingkan dengan
daerah-daerah di pulau jawa. Proses
pembangunan ekonomi baru mulai menyentuh daerah-daerah ini ketika pemerintah
orde baru yang berkuasa sejak tahun 1966 secara berangsur-angsur mengembangkan
jaringan transportasi, irigasi, fasilitas-fasilitas kesehatan dan pendidikan ke
seantero negeri ini. Pembangunan semua prasarana ini dikaitkan pula dengan
program-program dari Jawa ke luar Jawa.
Sebahagian besar
ekspor jatuh ke tangan MNC, para pekerja asing, perusahaan besar domestic dan
pemerintahan Indonesia. Penerimaan ekspor ini kemudian dikeluarkan lagi dalam
bentuk pembelian produk-produk konsumsi dan pembiayaan investasi baru. Bahagian
yang diterima oleh MNC berikut karyawan asingnya mengalir lagi keluar negeri.
Bahagian perusahaan besar domestic sebahagian mengalir ke pulau Jawa seperti,
Medan, Ujung Pandang dan Palembang. Bahagian pemerintah melalui APBN, didistribusikan
ke seluruh penjuru negeri ini, tetapi sebahagian besar kembali ke pulau Jawa. ‘Leverage Effect’ yang timbul oleh
pertumbuhan ekspor produk primer tersebut, dengan demikian hanya sedikit sekali
menyentuh pembangunan negeri di daerah sumbernya.
Burma sering pula
dikemukakan sebagai contoh Klasik Negara yang mengalami pertumbuhan tanpa
pembangunan. Ketika Terusan Suez dibuka pada tahun 1896 oleh Ferdinan De Lessev
permintaan ekspor menjadi terangsang dan Burma segera menjadi lumbung padi
Asia. Dalam tempo dua puluh lima tahun ekspor Burma meningkat menjadi tujuh
kali lipat. Tetapi peningkatan produksi yang menjolok ini dicapai dengan metoda
ekstensifikasi yang menambah luas lahan tanpa perbaikan yang berarti dalam
bidang ekonomi teknologinya. Perekonomian Burma tumbuh tetapi tidak berkembang.
Perubahan yang terjadi hanya dalam ukuran (size)
bukan dalam fungsi.
Sebaliknya,
pembangunan ekonomi yang juga berarti perubahan output, selalu mengandung
unsure pertumbuhan ekonomi. Perubahan “fungsi” hamper secara otomatis
menimbulkan perubahan “ukuran”. Akan tetapi pembangunan ekonomi harus diambil
oleh situasi output total yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut harus
melampaui tahap “subsistentsi”. Singkatnya pembangunan ekonomi hamper
sepenuhnya tergantung kepada suatu tongkat pertumbuhan ekonomi secara
menyeluruh.
1.2.3
Karekteristik Negara-negara Terbelakang
Lima klasifikasi negara-negara yang dikemukakan oleh Bank Dunia tadi dapat
disederhanakan menjadi dua kelompok berikut.
1
Negara-negara terbelakang (NT) atau Negara-negara yang
kurang berkembang (Under-Developed
Countries, UDC). Untuk tidak melukai perasaan beberapa penulis menggunakan
istilah “Developing Countries” (DC),
yaitu Negara yang sedang membangun (NSB). Dalam buku ini selanjutnya digunakan
singkatan NT dan NSB.
2
Negara-negara maju (NM)atau Developed Countries (DC) bertolak dari klasifikasi ini, maka tujuan
pembangunan ekonomi suatu Negara dapat didefinisikan sebagai suatu proses NT
menjadi NM.
Sehubungan dengan
itu, berikut ini diketengahkan karakteristik keterbelakangan (dan kemajuan)
suatu Negara.
a.
NT mempunyai pendapatan per-kapita yang rendah yang
berarti pula kemiskinan (Tabel 1.2)
b.
Lebih dari separuh angkatan kerja di NT berada di sektor
pertanian di banding dengan di NM yang umumnya kurang dari 10 %, kecuali di
Jepang yang mencapai angka 13% pada tahun 1979 (Lihat Tabel 1.2), bahkan
Amerika Serikat yang dikenal salah satu lumbung pangan dunia hanya 2% dari
total angkatan kerjanya berada di sektor pertanian.
c.
Angka-angka dalam Tabel 1.2 selanjtnya menunjukkan bahwa
semakin sedikit proporsi angkata sektor pertanian, maka semakin besar
persentase angkatan kerja sektor industri atau jasa. Pada tahun 1979,
Bangladesh, Negara berpendapatan terendah di Asia Selatan dengan
pendapatan perkapita US$ 90,- per tahun,
74% dari total angkatan kerjanya berada di sektor pertanian. Sementara pada
tahun yang sama Jerman Barat, NM dengan pendapatan total US$ 11.730,- per tahun
angkatan kerja di sektor pertaniannya sangat sedikit.
Selama periode 1960-1979 pendapatan
per-kapita setiap Negara pada umumnya telah mengalami peningkatan yang berarti,
sementara presentase angkatan kerja di sektor swasta (jasa) ternyata menurun.
d.
Pada kenyataannya di NT proses produksi pertanian
dilakukan pada lahan sempit, dan dalam banyak kasus disewa oleh petani, karena
tidak ada milik sendiri. Situasi ini disebakan oleh tekanan terhadap tanah yang
tinggi. Misalnya di China dan Indina yang jumlah penduduk keduanya sekitar 2
Milyar orang atau sekitar 37% dari total penduduk dunia pada tahun 1989.
e.
Dualisme teknis merupakan hal yang sering dijumpai di NT,
dimana indsutri modern berdampingan dengan proses produksi tradisional yang
tidak pernah disentuh oleh perubahan.
f.
Perbandingan antara capital
dan tenaga kerja atau “capital/labor
ratio” atau (K/L) rendah.
g.
Tidak terdapat kelompok menengah, pendidikan sangat
kurang, dan banyak buta huruf (Tabel 1.3).
h.
Sebahagian NT mempunyai sistem pemerintahan yang tidak
demokratis dan cenderung memiliki sifat-sifat tradisional yang melekat pada
nilai-nilai hirartik dan otoriter.
i.
Sumber daya alam yang dimiliki sangat berbeda antar satu negara
dengan negara lainnya, tetapi sering kali belum dikembangkan atau kalau sudah
diolah berada dalam genggaman orang asing.
j.
Sebahagian NT memiliki orientasi perdagangan luar negeri
yang kuat, biasanya mengekspor sekitar 10-15% dari GNP mereka, sebahagian besar
dalam bentuk satu atau dua produk pertanian atau bahan mentah. Sebaliknya
mengimpor produk-produk akhir terutama mesin-mesin dan produk-produk manufaktur
lainnya.
k.
Sebahagian besar GNP NT biasanya berasal dari sektor pertanian/sektor
primer lainnya. Sektor industri kurang berkembang dan oleh karena itu
kontribusinya terhadap GNP juga kecil. Kemudian semakin maju negara itu,
presentase GNP yang berasal dari sektor pertanian semakin berkurang (table
1.4).
l.
Tingkat konsumsi energi rendah, kemudian meningkat
seiring dengan kemajuan masyarakat. Energi banyak digunakan pada peralatan
produksi modern dan dalam berbagai bentuk produk konsumsi, rekreasi dan
transportasi.
Tabel 1.2
Distribusi Angkatan Kerja Menurut Sektor (presentase)
SEKTOR
|
PERTANIAN
|
INDUSTRI
|
JASA
|
|||
NEGARA
|
1960
|
1979
|
1960
|
1979
|
1960
|
1979
|
Berpendapatan
Rendah
|
|
|
|
|
|
|
Bangladesh
|
87
|
74
|
3
|
11
|
10
|
11
|
Ethiopia
|
88
|
80
|
-
|
7
|
7
|
13
|
Burma
|
-
|
67
|
-
|
10
|
-
|
23
|
India
|
74
|
71
|
11
|
11
|
15
|
18
|
Pakistan
|
61
|
57
|
18
|
20
|
21
|
23
|
China
|
-
|
71
|
-
|
17
|
-
|
12
|
Tanzania
|
89
|
83
|
4
|
6
|
7
|
11
|
Uganda
|
89
|
88
|
4
|
6
|
7
|
11
|
Indonesia
|
75
|
|
8
|
18
|
17
|
20
|
Sudan
|
88
|
78
|
6
|
10
|
8
|
12
|
Berpendapatan
Menengah
|
|
|
|
|
|
|
Kenya
|
86
|
78
|
5
|
10
|
9
|
12
|
Mesir
|
58
|
50
|
12
|
29
|
30
|
21
|
Thailand
|
84
|
77
|
4
|
9
|
12
|
14
|
Philipina
|
61
|
47
|
15
|
17
|
24
|
36
|
Syria
|
54
|
32
|
19
|
31
|
27
|
37
|
Korea Utara
|
62
|
50
|
23
|
32
|
15
|
18
|
Turki
|
78
|
54
|
11
|
13
|
11
|
33
|
Malaysia
|
63
|
51
|
12
|
16
|
23
|
33
|
Korea Selatan
|
66
|
36
|
9
|
30
|
25
|
34
|
Brazil
|
52
|
40
|
15
|
22
|
33
|
38
|
Singapura
|
8
|
2
|
23
|
38
|
69
|
60
|
Industri
|
|
|
|
|
|
|
Italia
|
31
|
11
|
40
|
10
|
9
|
12
|
Selandia Baru
|
15
|
9
|
37
|
35
|
48
|
56
|
Australia
|
11
|
6
|
40
|
33
|
49
|
61
|
Jepang
|
33
|
13
|
30
|
38
|
37
|
49
|
Inggris
|
4
|
2
|
48
|
42
|
29
|
44
|
Canada
|
13
|
5
|
35
|
29
|
39
|
52
|
Perancis
|
22
|
9
|
39
|
39
|
39
|
52
|
Amerika
Serikat
|
7
|
2
|
36
|
32
|
57
|
66
|
Jerman Barat
|
14
|
4
|
48
|
47
|
38
|
49
|
Belanda
|
11
|
6
|
42
|
45
|
47
|
49
|
Denmark
|
18
|
7
|
37
|
36
|
45
|
57
|
Bulgari
|
57
|
38
|
25
|
38
|
18
|
24
|
Uni Sovyet
|
42
|
15
|
29
|
44
|
29
|
41
|
Sumber : Bank Dunia, 1981, op-cit., hh. 202-203
Tabel 1.3
Persentase Penduduk Yang mengikuti Berbagai Jenjang
Pendidikan Dari Golongan Umur 1960
NEGARA
|
Sekolah Dasar
|
Sekolah lanjutan
|
Perguruan Tinggi
|
Melek Huruf Orang Dewasa
|
Berpendapatan Rendah
|
|
|
|
|
Bangladesh
|
47
|
8
|
1
|
22
|
Ethiopia
|
7
|
9c
|
td
|
15a
|
Burma
|
56
|
10
|
1
|
60
|
India
|
61
|
20
|
3
|
28
|
China
|
102
|
51c
|
1b
|
15
|
Tanzania
|
25
|
2
|
td
|
66a
|
Uganda
|
49
|
3
|
1b
|
35
|
Indonesia
|
71
|
6
|
1
|
39
|
Sudan
|
25
|
3
|
td
|
13
|
Berpendapatan Menengah
|
|
|
|
|
Kenya
|
47
|
2
|
1b
|
20
|
Mesir
|
66
|
16
|
5
|
26
|
Thailand
|
83
|
13
|
2
|
68
|
Philipina
|
95
|
26
|
13
|
72
|
Turki
|
75
|
14
|
3
|
38
|
Malaysia
|
96
|
19
|
1
|
53
|
Syiria
|
65
|
16
|
4
|
30
|
Korea Selatan
|
94
|
27
|
5
|
71
|
Singapura
|
111
|
32
|
6
|
Td
|
Industri
|
|
|
|
|
Italia
|
111
|
34
|
7
|
91
|
Jepang
|
103
|
74
|
10
|
98
|
Inggris
|
92
|
66
|
9
|
99a
|
Canada
|
107
|
46
|
16
|
99a
|
Amerika
Serikat
|
118
|
86
|
32
|
98
|
Jerman Barat
|
113
|
94
|
6
|
99a
|
Belanda
|
105
|
58
|
13
|
99a
|
Perancis
|
114
|
46
|
10
|
99a
|
Swiss
|
118
|
26
|
7
|
99a
|
Bulgaria
|
93
|
55
|
11
|
91
|
Uni Sovyet
|
100
|
49
|
11
|
98
|
Sumber : Bank Dunia, 1981,
op-cit., hh. 210-211.
Ket : a = data tahun 1976, b =
data tahun 1977, c = data tahun 1978, td = tidak ada data.
Tabel 1.4
Struktur Produk Domestik Bruto (persen)
SEKTOR
|
PERTANIAN
|
INDUSTRI
|
JASA
|
|||
NEGARA
|
1960
|
1979
|
1960
|
1979
|
1960
|
1979
|
Berpendapatan Rendah
|
|
|
|
|
|
|
Bangladesh
|
61
|
56
|
8
|
13
|
31
|
31
|
Ethiopia
|
65
|
46
|
12
|
15
|
23
|
39
|
Burma
|
33
|
45
|
12
|
14
|
55
|
41
|
India
|
50
|
38
|
20
|
27
|
30
|
35
|
Pakistan
|
46
|
32
|
16
|
24
|
38
|
44
|
China
|
td
|
31
|
td
|
47
|
td
|
22
|
Tanzania
|
57
|
54
|
11
|
13
|
32
|
33
|
Uganda
|
52
|
55
|
13
|
7
|
35
|
38
|
Indonesia
|
54
|
30
|
14
|
33
|
32
|
37
|
Berpendapatan Menengah
|
|
|
|
|
|
|
Kenya
|
38
|
34
|
18
|
21
|
44
|
45
|
Mesir
|
30
|
23
|
24
|
35
|
46
|
42
|
Thailand
|
40
|
26
|
19
|
28
|
41
|
46
|
Philipina
|
26
|
24
|
28
|
35
|
46
|
41
|
Turki
|
41
|
23
|
21
|
29
|
38
|
48
|
Malaysia
|
37
|
24
|
18
|
33
|
45
|
43
|
Korea Selatan
|
37
|
20
|
20
|
39
|
43
|
41
|
Brazil
|
16
|
11
|
35
|
38
|
49
|
51
|
Mexico
|
16
|
10
|
29
|
38
|
55
|
52
|
Singapura
|
4
|
2
|
18
|
36
|
78
|
62
|
Industri
|
|
|
|
|
|
|
Italia
|
13
|
7
|
41
|
43
|
46
|
50
|
Inggris
|
4
|
2
|
43
|
36
|
53
|
62
|
Jepang
|
13
|
5
|
45
|
42
|
42
|
53
|
Canada
|
6
|
4
|
34
|
33
|
60
|
63
|
Perancis
|
10
|
5
|
38
|
34
|
52
|
61
|
Belanda
|
9
|
4
|
46
|
37
|
45
|
59
|
Amerika Serikat
|
4
|
3
|
38
|
34
|
58
|
63
|
Jerman Barat
|
6
|
2
|
53
|
49
|
41
|
49
|
Swedia
|
7
|
3
|
40
|
32
|
53
|
65
|
Norwegia
|
9
|
5
|
33
|
37
|
58
|
58
|
Bulgaria
|
32
|
19
|
53
|
63
|
15
|
18
|
Polandia
|
26
|
16
|
57
|
64
|
17
|
20
|
Uni Sovyet
|
24
|
15
|
62
|
62
|
17
|
22
|
Cekoslovakia
|
16
|
8
|
73
|
74
|
11
|
18
|
Hungaria
|
24
|
5
|
69
|
59
|
7
|
26
|
Sumber : Bank Dunia, 1981,
op-cit., hh. 170-171.
1.2.3
Indikator Pembangunan Ekonomi
Keanekaragaman
tujuan pembangunan ekonomi diceminkan oleh keanekaragaman indikator yang
digunakan untuk mengukurnya. Bila diukur dengan pembangunan ekonomi dalam
materi, maka indikator yang bisa digunakan adalah : Gross National Product (GNP), Konsep ini kemudian berkembang lebih
lanjut menjadi “GNP” perkapita yaitu : GNP dibagi dengan jumlah penduduk.
Selanjutnya bila yang hendak diukur adalah “distribusi Pendapatan” serta jumlah
penduduk yang hidup dibawah “ palang kemiskinan”. GNP per kapita sebagai indikator
pembangunan di anggap kurang memuaskan , sehingga timbul beberapa usaha untuk
memperbaikinya.
Nourdhaus dan Tobin
mengemukakan konsep “Measure of Economic
Welfare” (NEW)4[4].
Samuelson mendefinisikan GNP menjadi “Net
Economic Welfare” (NEW)[5],
dengan menambah dan mengeluarkan perkiraan-perkiraan tertentu keadaan dari GNP.
Perkiraan-perkiraan yang ditambah kedalam GNP, misalnya jasa hiburan dan
pelayanan lainnya yang diberikan oleh ibu rumah tangga. Perkiraan yang
dikurangi, misalnya biaya produksi.
Adelman dan Moris
menggunakan delapan belas indikator ekonomi dalam studinya mengenai pertumbuhan
ekonomi dan keadilan social di NSB> Indikator-indikator itu adalah sebagai
berikut[6] :
1.
Pendapatan perkapita,
2.
Laju pertumbuhan riel pendapatan per-kapita,
3.
Tersedianya sumber-sumber alam,
4.
Tingkat investasi bruto,
5.
Modernisasi industri,
6.
Tingkat industrialisasi,
7.
Sifat organisasi pertanian,
8.
Modernisasi teknik pertanian,
9.
Kemajuan produktivitas pertanian,
10.
Kecukupan physical
overhead capital,
11.
Keefektifan sistem perpajakan,
12.
Keefektifan lembaga-lembaga keuangan,
13.
Kemajuan lembaga-lembaga keuangan,
14.
Kemajuan sumber daya manusia,
15.
struktur perdagangan luar negeri,
16.
laju pertumbuhan penduduk,
17.
luas wilayah dan orientasi strategi pembangunan,
1.3.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi
akan berjalan lebih efisien dan efektif bila disertai dengan suatu rencana yang
baik. Pada mulanya istilah perencanaan sering digunakan untuk sesuatu yang
berhubungan dengan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN),
manajemen fasilitas-fasilitas umum dan perusahaan-perusahaan Negara, serta
penyusunan program-program pemerintah
dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lainnya. Suatu perencanaan
pembangunan biasanya berisi satu atau beberapa bahagian berikut :
1.
Suatu survey mengenai kondisi perekonomian yang kini
sedang berlangsung.
2.
Suatu daftar mengenai rencana pengeluaran pemerintah.
3.
Suatu diskusi atau pembahasan mengenai kemungkinan
pengembangan sektor swasta.
4.
Suatu proyeksi makro ekonomi dari perekonomian yang bersangkutan.
5.
Suatu tinjauan mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah.
1.3.1 Survey kondisi perekonomian
Suatu perencanaan
secara normal diawali dengan kajian terhadap perkembangan ekonomi yang sekarang
sedang berlangsung, terutama selama periode perencanaan sebelumnya. Jadi,
misalnya penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun V (Repelita) harus diawali
dengan suatu kajian atau tinjauan mengenai perkembangan ekonomi selama repelita
IV, III dan seterusnya. Dalam hal ini variabel-variabel penting yang perlu diperhatikan
terutama adalah : Jumlah penduduk, Pendapatan Nasional (GNP), investasi,
saving, konsumsi, pengeluaran pemerintah, pajak neraca pembayaran, dan
penampilan industri utama yang ada di Negara bersangkutan. Informasi-informasi
ini diperlukan untuk menentukan arah dan prioritas perencanaan pada masa yang
akan datang.
1.3.2 Proyeksi Ekonomi Makro
Proyeksi ekonomi
makro diperlukan untuk menguji konsistensi diantara asumsi-asumsi dan
proposal-proposal kuantitatif perencanaan. Dan dapat pula digunakan untuk
mendorong dan mengarahkan investasi dengan jalan mengungkapkan keterkaitan
antar-sektor dalam perekonomian itu. Kegunaan dari pengujian ini tergantung
pada kualitas dari pengujian statistik yang digunakan. Statistik tertentu
mungkin sangat berguna untuk menjelaskan kondisi suatu perekonomian yang
kompleks dan berskala besar, tetapi mungkin tidak dapat menggambarkan kondisi
perekonomian berskala kecil.
1.3.3 Kemungkinan Pengembangan Sektor Swasta
Inti dari
perencanaan produktivitas sektor swasta terletak pada seperangkat kebijaksanaan
pemerintah untuk mendorong pihak swasta menggunakan waktu dan sumber-sumber
daya yang mereka miliki dengan lebih produktif. Kualitas perencanaan lebih
tergantung kepada kualitas kebijakan-kebijakan daripada perhitungan kualitatif
dan kuantitatif.
1.4. PEMBENTUKAN MODEL
Model ekonomi
adalah suatu statement mengenai keterkaitan di antara satu variabel ekonomi
dengan variabel ekonomi lainnya. Tujuannya adalah mengilustrasikan hubungan
sebab akibat diantara variabel-variabel penting dalam dunia nyata dengan
mengenyampingkan kerumitan-kerumitan yang tidak relevan. Sehubungan dengan itu
maka tugas yang paling berat bagi pembuat model adalah memilih
variabel-variabel yang relevan diantara sekian banyak variabel yang tersedia.
Model ekonomi dapat
dikemukakan dalam bentuk prosa (kalimat), dalam bentuk geometris atau dalam
bentuk matematika. Variabel-variabel tersebut harus didefinisikan secara jelas.
Variabel-variabel tersebut dapat dipilih menjadi dua kategori, yaitu : variabel
“independen” dan variabel “dependen”. Variabel dependen merupakan akibat, yaitu
nilainya tergantung variasi nilai variabel
independen. Sedangkan variabel dependen merupakan penyebab. Dalam bentuk
persamaan, variabel dependen letaknya disebelah kiri tanda “=”, sedangkan
variabel independen terletak disebelah kanannya.
Model yang lebih
kompleks terdiri dari beberapa persamaan, dimana masing-masing variabel yang
terdapat di dalam persamaan tersebut mempunyai hubungan secara simultan.
Misalnya model tersebut berbentuk system dua persamaan dengan dua bilangan
gaib. Model seperti ini solusi aljabarnya harus dilakukan secara simultan.
Supaya mempunyai validitas ilmiah model-model itu harus berisi
variabel-variabel yang dapat diukur secara empiris.
[1]Lihat Paul A. Samuelson, Economics [Eleven Edition] [Tokyo :
McGraw-Hill Book Company, 1980], p.2
[2]Lihat Dominick Salvatore and Edward Dowling., Theory and Problem of
Development Economics [New York : McGraw-Hill Book Company., 1977], p.1.
[3] Robert Clower, Growth Without Development [Evanston, III :
Northwestern University Press, 1966].vi.
[4] William D. Nordhaus dan james Tobin, “Is
Growth Obsolet”, dalam Fiftieth Anniversary Colloqium V, National Bureau of
Economic Research (New York : Colombia University Press, 1972), seperti yang
dikutip oleh Hendra Esmara, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia ( Jakarta
zpt. Gramedia, 1986) Ha. 380.
[5] Samuelson, op-cit. , p. 186
[6] Irma Adelman & Cyntia Morris, Economics Growth & Social
equity in Developing Countries (Standford : Standford University Press, 1973).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.