Gelembung real estat atau gelembung properti (atau perumahan
gelembung untuk pasar perumahan) adalah jenis gelembung ekonomi yang terjadi
secara berkala di lokal atau global pasar real estat. Hal ini ditandai dengan
peningkatan pesat dalam penilaian real properti seperti perumahan sampai mereka
mencapai tingkat yang tidak relatif terhadap pendapatan dan elemen ekonomi lainnya,
diikuti dengan tingkat harga selama
beberapa tahun.
Identifikasi dan pencegahan
Dalam ekonomi mainstream, beberapa pihak berpendapat bahwa gelembung real estate tidak dapat diidentifikasi karena mereka terjadi dan tidak dapat atau tidak boleh dicegah, dengan pemerintah pusat dan kebijakan bank agak membersihkan setelah ledakan gelembung.
Lainnya, seperti ekonom Amerika Robert Shiller dan majalah Inggris The Economist, berpendapat bahwa perumahan indikator pasar dapat digunakan untuk mengidentifikasi gelembung real estate. Beberapa berpendapat lebih lanjut bahwa pemerintah dan bank sentral dapat dan harus mengambil tindakan untuk mencegah gelembung dari pembentukan, atau untuk mengempis gelembung yang ada.
Dalam ekonomi mainstream, beberapa pihak berpendapat bahwa gelembung real estate tidak dapat diidentifikasi karena mereka terjadi dan tidak dapat atau tidak boleh dicegah, dengan pemerintah pusat dan kebijakan bank agak membersihkan setelah ledakan gelembung.
Lainnya, seperti ekonom Amerika Robert Shiller dan majalah Inggris The Economist, berpendapat bahwa perumahan indikator pasar dapat digunakan untuk mengidentifikasi gelembung real estate. Beberapa berpendapat lebih lanjut bahwa pemerintah dan bank sentral dapat dan harus mengambil tindakan untuk mencegah gelembung dari pembentukan, atau untuk mengempis gelembung yang ada.
Makroekonomi signifikansi
Pandangan
ekonomi arus utama adalah bahwa gelembung ekonomi terutama Efek pertama
dorongan sementara di kekayaan, dan kedua redistribusi kekayaan. Ketika harga
naik, terdapat pengaruh positif kekayaan - pemilik properti merasa lebih kaya,
sehingga menghabiskan lebih, dan ketika harga turun, ada efek kekayaan negatif
- pemilik properti merasa miskin, dan karena itu menghabiskan kurang. Dikatakan
bahwa efek ini bisa dihaluskan oleh kebijakan moneter dan fiskal
counter-cyclical. Kedua, pengaruh utama pada pemilik yang membeli sebelum
gelembung terbentuk dan tidak menjual adalah nol - seluruh, mereka memiliki
properti. Sebaliknya, mereka yang membeli saat rendah dan menjual tinggi
keuntungan, sementara mereka yang membeli tinggi dan dijual rendah atau
dimiliki hingga jatuh harga uang hilang, meskipun ini akhirnya hanya
redistribusi kekayaan dan, ia berpendapat, signifikansi ekonomi kecil.
Di beberapa
sekolah ekonomi heterodoks, khususnya ekonomi Austria dan ekonomi
pasca-Keynesian, gelembung real estat dilihat sebagai contoh gelembung kredit
(pejoratively, gelembung spekulatif), karena pemilik properti umumnya
menggunakan meminjam uang untuk membeli properti, dalam bentuk hipotek . Ini
kemudian berpendapat menyebabkan krisis keuangan dan karenanya ekonomi. Ini
adalah pertama berpendapat empiris - banyak gelembung real estate telah diikuti
oleh kemerosotan ekonomi, dan dikatakan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara.
Teori
siklus bisnis Austria mengambil pandangan sisi penawaran, dengan alasan bahwa
gelembung real misalokasi sebenarnya penyebab sumber daya - terlalu banyak
rumah dan kantor yang dibangun, dan sumber daya terlalu banyak (bahan dan
tenaga kerja) yang terbuang dalam membangun bangunan yang tidak diperlukan.
Selanjutnya, ini mendistorsi basis industri, menghasilkan kelebihan
homebuilders yang kemudian harus melatih dan memperlengkapi kembali ketika
semburan gelembung, ini transisi antara menggunakan non-produktif dan sumber
daya produktif (dan malinvestment selama-lead up) menjadi penyebab proksimat
yang dihasilkan kemerosotan ekonomi.
Fred
Foldvary, ekonom di Santa Clara University, telah disintesis teori
Austria-sekolah dari siklus dengan teori darat dari Henry George. proposisi-Nya
adalah bahwa teori ini geo-Austria sesuai dengan siklus 18-tahun real estat
sebagai ditemukan oleh ekonom real estat Homer Hoyt dan lain-lain [rujukan?].
Teori
Post-Keynesian deflasi utang mengambil pandangan sisi permintaan, dengan alasan
bahwa pemilik properti tidak hanya merasa lebih kaya, tapi meminjam terhadap
kenaikan nilai harta mereka (sebagai melalui jalur kredit ekuitas rumah), atau
meminjam uang untuk berspekulasi di properti, membeli properti dengan uang yang
dipinjam dengan harapan bahwa ia akan naik nilai - pandangan terakhir dikaitkan
dengan Hyman Minsky dan gelar Hipotesis Instabilitas Keuangan. Ketika semburan
gelembung, nilai dari properti menurun tetapi, krusial, tingkat utang tidak.
Beban membayar atau default pada utang ini berpendapat untuk menekan permintaan
agregat dan menjadi penyebab terdekat dari kemerosotan ekonomi berikutnya.
Recent gelembung real
estate
Jatuhnya
gelembung harga aset Jepang dari tahun 1990 di telah sangat merusak ekonomi
Jepang dan kehidupan Jepang banyak yang telah melalui pengalaman tersebut, [1]
seperti juga benar dari kecelakaan pada tahun 2005 dari gelembung real estate
di China kota terbesar, Shanghai. [2] Tidak seperti crash pasar saham berikut
gelembung, sebuah real-estate "crash" biasanya merupakan proses yang
lebih lambat, karena pasar real estat kurang likuid dibandingkan dengan pasar
saham. Sektor-sektor lain seperti kantor, hotel dan ritel biasanya bergerak
seiring dengan pasar perumahan, yang dipengaruhi oleh banyak variabel yang sama
(pendapatan, suku bunga, dll) dan juga berbagi "efek kekayaan"
booming. [Riset asli?] Oleh karena itu artikel ini berfokus pada gelembung
perumahan dan sektor-sektor lain menyebutkan hanya ketika situasi mereka
berbeda dari perumahan.
Pada tahun
2007, gelembung real estate telah ada pada masa lalu atau secara luas diyakini
masih ada di banyak bagian dunia, [3] terutama di Amerika Serikat, Argentina,
[4] Inggris, Belanda, Italia, Australia, New Selandia, Irlandia, Spanyol,
Lebanon, Perancis, Polandia, [5] Afrika Selatan, Israel, Yunani, Bulgaria,
Kroasia, [6] Norwegia, Singapura, Korea Selatan, Swedia, negara-negara Baltik,
India, Rumania, Rusia, Ukraina dan China [7] Kemudian. US Federal Reserve Alan
Greenspan mengatakan dalam pertengahan tahun 2005 yang "minimal, ada
'buih' sedikit (di pasar perumahan AS) ... sulit untuk tidak melihat bahwa ada
banyak gelembung setempat. "[8] majalah The Economist, menulis pada saat
yang sama, melangkah lebih jauh, mengatakan" kenaikan harga rumah di
seluruh dunia adalah gelembung terbesar dalam sejarah ". [9] gelembung
real estat yang selalu diikuti dengan penurunan harga yang parah (juga dikenal
sebagai harga rumah kecelakaan) yang dapat mengakibatkan banyak pemilik
memegang ekuitas negatif (hutang hipotek lebih tinggi dari nilai saat
properti). [rujukan?] nilai properti komersial tetap sekitar 35% di bawah-2007
pertengahan puncak mereka di Inggris. [10] Sebagai hasilnya, bank telah menjadi
kurang bersedia untuk menyimpan sejumlah besar hutang properti didukung,
kemungkinan isu utama dalam mempengaruhi pemulihan di seluruh dunia dalam waktu
dekat.
The US
Housing “bubble” in the Early 21st Century
Harga rata
rata (indeks) rumah di US meningkat sejak 1975 (lihat lampiran 1). Pada
periode 1996-awal 2006 tingkat
pertumbuhan mencapai 12% p.a. Ini disebabkan kebijakan Federal Reserve’s yang
menetapkan tingkat suku bunga yang rendah setelah resesi tahun 2001.
Tingkat
suku bunga pinjaman tetap berada di 1 % pada Juli 2003 – Juli 2004 , walaupun
harga komoditas sudah naik. Akhirnya pada September 2006 tingkat suku bunga
naik menjadi 5,25%, terkait inflasi.
Isu
mengenai “house price” sudah mulai dikemukakan oleh beberapa ekonom, yaitu
sebagai berikut :
a. Dean Baker (2004) : Harga rumah seperti
“bubble ready to burst” dan kerugiannya
yang akan terjadi sekitar 2-3 triliun USD.
b. Para developer menganggap “housing bubble”
hal yang wajar. Menurut pengamatan ekonom peningkatan harga rumah hanya
terkonsentrasi di beberapa area tertentu yang memiliki “zoning restriction”.
Namun kenyataan tidak seperti itu, harga tetap naik dan tidak ada yang bisa
meredam kenaikan harga ini.
c. Chris Mayer
: ‘Superstar Cities’ industri
konstruksi tumbuh dimana mana, dan rumah rumah baru dikuasai investor. Menurut
Loan Performance Inc. di tahun 2004, 12% mortgage di daerah Phoenix dikuasai
investor, ini meningkat dibanding tahun 2000 yang hanya 5,8%
Home
Finance Before the 1990’s
a. 30 year mortgage :
· Cicilan dan bunga yang fixed selama
30 tahun
· Bisa dilunasi tanpa dikenakan
pinalti
· Jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
suku bunga pinjaman, maka bisa dilakukan refinancing terhadap rumah tersebut
dengan mengikuti tingkat suku bunga baru yang lebih rendah
b. HOLC
(Home Owner Loan Corporation) muncul saat Great Depression saat pada
household default. Yang di tawarkan HOLC adalah sebagai berikut:
· Lender : HOLC akan bertanggung jawab
atas claim kerugian, dengan syarat bank melakukan review atas kerugian assets
lender.
· Borrower : HOLC menawarkan new
‘Self-amortizing’ mortgage atas penilaian ulang atas rumah mereka.
Awal tahun
1980 : short interest rate meningkat, yields on mortgage assets turun
mengakibatkan kegagalan setengah dari 32,234 S&L’s yang exist di tahun
1986. Karena pemerintah menjamin deposan dari S&L, maka harus dibentuk
suatu institusi baru untuk menyelesaikan Asset S&L yang “gagal”.
Krisis
S&L mengakibatkan mortgage dibuat menjadi sekuritas oleh 2 GSE (Government
Sponsored Enterprise), yaitu Fannie Mae dan Freddie Mac.
GSE membeli
dari mortgage originator, lalu dibuat dan dijual Mortgage Backed Securities
(MBS). Sebagai imbalan dari fee yang dibayarkan, GSE menjamin pokok dan bunga
pinjaman. Artinya GSE akan memiliki cukup banyak uang (pemerintah dapat
menolong jika GSE berada dalam kesulitan keuangan), resiko yang ada hanya
‘prepayment risk’ yang dihadapi holder atau pemegang dari MBS tersebut dimana
underlying mortgage akan dibayarkan sebelum jatuh tempo. Pemerintah menetapkan
jumlah pinjaman yang boleh diterima oleh GSE à tools-nya LTV (Loan to Value
Ratio) harus di bawah 80%.
Bagi
peminjam yang memiliki latar belakang kredit yang bermasalah, mereka boleh
meminjam tetapi harus melalui lembaga-lembaga yang dijamin oleh FHA (Federal
Housing Administration).
Innovation
in Mortgages
· Pada tahun 1990, banyak
lembaga-lembaga keuangan baru bermunculan dan mulai memberikan pinjaman ke
peminjam yang tidak memenuhi kualifikasi dari prime mortgage. Daripada
meminjamkan secara langsung, perusahaan baru tersebut lebih memilih untuk
menggunakan jasa broker dengan memberikan imbalan berupa komisi.
· Pada tahun 2005, subprime
mortgage lenders meningkat dari 63 (1999) menjadi 209. Perbedaan prime dan
subprime sebenarnya tidak terlihat dan terbagi dengan jelas. Yang pasti
hanyalah pada subprime, tingkat bunga dan biaya yang dibebankan lebih besar.
Dengan banyaknya lembaga-lembaga yang baru ini, pertumbuhan mortgage dari 1% di
tahun 1993 menjadi 20% tahun 2006. Dan
bagian FHA turun dari 11% menjadi 1,9%.
· Pada tahun 2006: 29% KPR
memiliki bunga yang tinggi, banyak refinancing yang terjadi à di satu sisi meningkatkan hutang debitur
KPR, di sisi lain uang yang seharusnya digunakan untuk membayar pinjaman jadi
dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
Di tahun
2005, Countrywide Financial menjadi salah satu pemberi KPR yang terbesar,
Countrywide Financial membebankan bunga yang berbeda kepada debitur tergantung
dari 5C (Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition of Economic).
Sementara
kriteria credit score yang paling populer adalah FICO yang ditemukan oleh Fair
Isaac Corporationà score min 300, score max 850. Dikatakan populer karena
adanya korelasi yang kuat antara FICO scores dengan kegagalan pembayaran KPR
pada periode sebelum 1995.
Salah satu
tipe subprime yang populer adalah 2/28. Cirri-cirinya adalah sebagai berikut:
ü interest fixed 2 tahun, sisanya floating
selama 28 tahun (tahun 2006 = 8,5%, dimana yang konvensional = 6,4%; kemudian
floatingnya LIBOR + 6,1%)
ü ada pinalti untuk pre payment di 2 tahun
pertama tapi tanpa biaya lainnya
ü dari sudut pandang broker tipe ini menarik
karena dapat dilakukan refinancing setelah 2 tahun à memungkinkan broker untuk
mendapatkan kembali fee dari refinancing yang dilakukan
ü bagi borrower : jika pembayaran dilakukan
tepat waktu maka FICO score akan meningkat sehingga dapat dilakukan refinancing
dengan bunga yang lebih rendah
Sedangkan
untuk tipe prime adalah ARM (Adjustable Rate Mortagage), dengan cirri-ciri
tingkat suku bunga di atas tingkat suku bunga tipe 2/28, tapi di bawah tipe
konvensional.
Pada
kenyataannya, banyak pendapat dari debitur tentang tipe 2/28 ini yang berbeda
dari apa yang ditawarkan sebelumnya à dikenakan pinalti, padahal pembayaran
sudah melebihi 2 tahun; bunga yang
dikenakan melambung tinggi; banyak broker yang lepas tangan.
Subprime
mortgage hanya meminta surat keterangan pendapatan sebagai syarat pengajuan
KPR, sementara data lainnya tidak perlu. Syarat ini berbeda jauh dari KPR
tradisional yang memerlukan banyak sekali data yang harus diserahkan calon
debitur kepada borrower. Hal ini menguntungkan pihak yang memiliki pendapatan
yang tidak pasti.
Tipe
lainnya adalah option ARM à debitur berhak menentukan besarnya nominal
pembayaran pada saat awal KPR selama 6 bulan pertama (contoh: 0% pada 6 bulan
pertama)
Changes In
The Secondary Market for Mortgages
Pada 1995
hanya terdapat 28% subprime loan di secondary market, namun di tahun 2005
terdapat 73 % mortgages yang dijual dengan suku bunga yang tinggi. Pada tahun
2005 dan 2006, dikeluarkan 500 billion MBS oleh GSE. GSE mendapat persaingan
dari private label di pasar MBS, dimana pada tahun 2005 private label sudah
mengeluarkan 1.2 trillion MBS, yang akhirnya pada tahun 2006 menguasai 57% MBS.
GSE adalah
pembeli utama MBS Private label, dan memiliki kombinasi portofolio sebesar 1.5
trillion (mortgages dan MBSs). GSE menyatakan mereka lebih tahan terhadap
resiko kredit karena adanya penetapan private mortgage insurance untuk pinjaman
dengan LTV > 80 % dan MBS private labelnya GSE mendapatkan rating yang
tinggi dari credit rating agency. Private Label MBS adalah obligasi special
yang mempercayakan seseorang yang
memiliki paket mortgages dan seseorang yang mendistribusikan bunga, pokok dan
pembaran lainnya dari peminjam ke dalam
berbagai macam tipe bond yang memiliki prioritas tertinggi dalam
pendistribusian dana. Rumus pengalokasian dana ke bond ini cukup rumit.
Di bulan Mei
2005, sebagai contoh, Moody memberikan rating bond of trust yang di set up Morgan Stanley yang memiliki
sekumpulan subprime mortgages yang dikeluarkan oleh New Century. Moody
memberikan rating Aaa pada 8 bond tranched, yang mewakili 83% dari 1.4 billion
securities yang di keluarkan. 9 tranches tambahan diberikan rating antara Aa1
dan Baa3.
Moody
menyatakan target collateral losses antara 4.5 % sampai 4.75% dari kesuluruhan
trust. Dan Moody sangat percaya pada Countrywide dan Homeq, untuk menangani
pelayanan mortgages, yaitu mengumpulkan pokok dan bunga, melakukan proses
foreclose termasuk biayanya dan sebagai penerima fee kesuluruhan mortgages.
Walaupun
Moody’s, S&P dan Fitch memiliki kapasitas untuk menilai MBS, namun issuer
tidak selalu membeli rating dari
ketiganya karena alasan ‘not economical’.
Pada tahun 2000, Moody dinilai terlalu kaku bagi issuer dan memiliki
methodologies rating yang konservative, dan hanya me rating 39% dari MBS yang
di issue, sedangkan S&P sebagai
market leader me-rating 87 %. Setelah me
roll out new set of rating, Moody mendapatkan share 64% pada 2001.
Inovasi
lebih jauh terjadi di January 2006, saat Markit dan Konsorsium investasi
perbankan aktif di MBS market mengeluarkan satu set indeks ABX-HE (Home
Equity). Indeks ini mentrace harga kontrak OTC, yang mirip seperti asuransi
yang dibayar peminjam atas paket subprime MBS yang specific. Kontrak/perjanjian
ini mengharapkan penerimaan atas pembayaran tetap dan pengeluaran pembayaran
‘floating’ (Floating Payment). Floating Payment
akan bertambah jika Markit menentukan bahwa peminjam gagal atas
mortgagaes yang tergabung di MBS atau jika MBS di jaminkan. Standarisasi yang
dihasilkan dari indeks ini mempermudah institusi keuangan untuk menilai di
subprime market.
Fungsi
rating agency di pasar mortgage sekunder tidak hanya berasal dari rating MBS.
Banyak MBS yang menemukan cara sendiri ke institusi keuangan, dan agency rating
secara jelas berada dalam posisi ideal untuk merating hutang mereka. Menurut
Laporan Lehman Brothers, pecahan/turunan dari MBS security di tangani oleh entitas Collateral Debt
Obligation (CDO) pada tahun 2007. CDO yang legal di buat oleh Bank Investasi
dan terdaftar di “Tax Heaven” area.
Sangat umum
CDO menangani asset CDO lain nya, dan CDO juga aktif di pasar derivative.
Berdasarkan Indeks ABX-HE, CDO Merrill
Lynch (Norma) menjual asuransi atas kerugian Tranched MBS dengan rating BBB.
Fitch, S&P and Moody memberikan rating tranches tertinggi yaitu 75% atas
nilai Norma di tahun 2007. Magnetar membeli tranches ini dan melakukan hedging
dengan membeli MBS dengan rating tranches AAA.
CDO
cenderung memiliki long term debt. Sebagai alternative, beberapa commercial
Bank menciptakan institusi yang bisa membeli MBS dari dana yang berasal dari
short term commercial paper. Dan rating agency di perlukan untuk menaikkan
rates.
Citibank
memperkenalkan Structure Investment Vehicle (SIV), yang juga bergantung pada
commercial paper, dan memerlukan rating. Namun sponsoring bank line creditnya
lebih kecil dan tidak jadi satu dengan
investor. Regulator memperbolehkan untuk
tidak mencatat SIV dari balance sheet.
The Rise in
Foreclosures
Pada saat
peminjam tidak dapat membayar cicilannya pada periode tertentu, maka pihak yang
memberi pinjaman dapat berinisiatif untuk melakukan penyitaan. Kecuali peminjam
melakukan pembayaran yang cukup untuk kembali menjadi peminjam dengan melakukan
pembayaran yang lalu sekaligus biaya keterlambatan atau peminjam melakukan
perjanjian dengan yang meminjamkan dalam hal melakukan lelang. Peminjam dapat
diusir dari rumah yang bersangkutan.
Berdasarkan
survey, keseluruhan rate jaminan penyitaan barang jatuh dari 1,23% pada Q2 2002
menjadi 1,08% di Q1 2005. Diatas periode
yang sama sebagian kecil dari pinjaman yang telah jatuh tempo dan belum dibayar
turun dari 4,77% menjadi 4,31%. Analisis ini membingungkan dimana harapan yang
ditimbulkan dalam pinjaman yang berisiko tinggi mendorong menjadi meningkat.
Satu penjelasan yang ditawarkan dalam penilaian harga rumah memberikan peminjam
untuk mengkaji ulang pinjaman yang tidak memberikan hasil. Penjelasan yang
berhubungan ketika peminjam memiliki beberapa saham di rumah mereka, mereka
memiliki persetujuan untuk menjual rumah mereka dengan membatalkan
kepemilikannya dan hasil penjualan tidak dilaporkan sebagai jenis penyitaan.
Penyitaan
dan pelanggaran meningkat selama tahun 2006 dan 2007. MBA melaporkan statistic
akibat dampak tersebut sebagai berikut :
Tingkat
pelanggaran
Q4 2006 :
4,95%
Q3 2007 :
5,59%
Q4 2007 :
5,62%
Tingkat
penyitaan
Q4 2006 :
1,19%
Q4 2007 :
2,04%
Perusahaan
RealtyTrac bergelut dengan bidang spesialisasi dalam membantu pembeli-pembeli
potensial untuk menemukan barang-barang hasil sitaan, mulai sejak munculnya
isu-isu bahwa akan meningkat penyitaan-penyitaan secara dramatis. Pada Desember
2007, MBA mengumumkan bahwa sementara jenis pinjaman prime hanya 0,79% terkena
kasus penyitaan pada Q3 tahun 2007, pinjaman subrime sebesar 6,89%. Pada tempo
yang sama, Federal Reserve Bank of Boston juga mempelajari bahwa sekitar 20%
pinjaman yang dibiayai dengan jenis subprime akan berakhir dengan proses
penyitaan. Penelitian menunjukkan bahwa penyitaan umumnya terjadi di lingkungan rumah dimana
harga rumah merosot lebih jauh, diperkirakan jika harga rumah lebih jatuh, maka
penyitaan akan meningkat.
Keadaan
ekonomi dan permasalahan dari penyitaan barang jaminan sangatlah besar. Peminjam sering kali tercengang ketika
melihat hutang yang membengkak di proses penyitaan barang, sebagai pemberi
pinjaman memberikan biaya yang sangat besar ketika peminjam telat membayar
tagihan yang jatuh tempo. Kebanyakan peminjam kehilangan rumahnya dan hal itu
merupakan pukulan yang sangat besar bagi peminjam. Ada beberapa peminjam
menganggap hal ini sebagai kegagalan.
Dalam masa
penyitaan, perbaikan rumah sering diabaikan, sehingga harga jual pasar untuk
rumah tersebut rendah. Kemarahan peminjam dapat menyebabkan kerusakan pada
properti tersebut sebelum mereka diusir. Sejak pembeli dalam pelelangan barang
sitaan, mereka berani membayar properti tersebut seperti apa adanya (tidak
terlalu bagus). Sebagai hasilnya, bank-bank sering menawarkan barang-barang
sitaan mereka setelah penyitaan selesai. Berdasarkan catatan dari RealtyTrac,
bank-bank melakukan hal tersebut pada bulan Oktober dan November 2007 sebanyak
50.000 buah. Barang-barang sitaan ini kemudian mengendap dalam keadaan kosong,
dapat rusak dan mengundang kriminal.
Kehancuran
menimpa komuniti-komuniti seperti Cleveland dan Detroit. Sebagian besar
kota-kota ini menolak untuk waktu tertentu dan naik turunnya penyitaan barang
mengalami perubahan di kalangan rakyat menengah kebawah, dapat meminjam paling
sedikit 1000 dollar. Kebanyakan group imigrant sangat terpengaruh, sepertinya
grup ini telah menerima ketidakproposionalan pinjaman. Secara Nasional penyitaan
sangatlah tinggi di daerah-daerah konstruksi seperti Florida dan California.
Dimana Stockton menunjukkan daerah tertinggi penyitaan barang di USA. Penyitaan
barang tidak hanya merugikan pemilik rumah sendiri tetapi juga merugikan
penyewa.
Dengan memberikan
biaya substansial, mungkin dapat dibayangkan bahwa orang yang meminjamkan dan
peminjam mendapatkan pilihan alternative di dalam pengaturan. Kemungkinan
pertama adalah menjual rumah secara damai sebelum penyitaan dengan orang yang
meminjamkan dengan memberikan selisih nilai antara jumlah pada saat menjual dan
jumlah pinjaman sekarang. Atau dengan membiarkan si peminjam tetap tinggal di
dalam rumah tersebut dan dilakukan pengurangan pembayaran. Orang yang
meminjamkan sering mengklaim bahwa mereka melakukan negosiasi dengan peminjam,
tetapi juga tidak mengetahui bahwa
dengan meningkatnya volume penyitaan melebihi kapasitas negosiasi mereka.
Peminjam, juga sering frustasi karena tidak bertanggungjawabnya orang yang
meminjamkan. Sesungguhnya, jumlah peminjam tidak tahan untuk menipu dimana
mereka membayar orang untuk melakukan negosiasi ulang tentang kepemilikan
dengan orang yang meminjamkan.
Turmoil in
Global Financial Markets
· Perusahaan pertama yang menderita dari
peningkatan penyitaan barang jaminan adalah pihak yang menerbitkan mortgage.
Banyak dari mereka menggunakan shortterm fund untuk mengatasi kebutuhan
financial mereka dan menghadapi cash squeeze thn 2007, dimana rate untuk
pinjaman subprime jauh diatas jangkauan.
· Tekanan dari kreditor membuat New
Century (second largest suprime lender) menutup fasilitas peminjaman bulan
Maret 2007.
· Awal Agustus 2007, banyak pengamat
meratapi terjadinya credit crunch dan subprime crisis. Sektor perumahan melemah
dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (juga terkait dengan inflasi).
· European Central Bank (ECB) menentukan
target tingkat suku bunga dan menetapkan interest rate pada Juni 2007 sebesar
4%. Pada 8 Agustus, interest rate sempat mencapai 4,7% dan akhirnya ECB mengucurkan
dana $129 milyar dalam keadaan darurat. Disini dilihat mulai adanya keterlibatan bank central dalam menghadapi
masalah financial yang terkait dengan masalah US mortgage.
· Tidak dapat dielakkan bahwa tingkat
suku bunga dalam satu malam menembus batas, LIBOR membentuk suatu pola yang
aneh (lihat lampiran 7). Hal ini terkait dengan adanya kontradiksi dari
pemimpin Eropa yang mengklaim beberapa minggu sebelumnya, bahwa bank-bank di
Eropa terimbas dengan efek subprime mortgage di US.
· Salah satu contoh bank yang menerima
akibat subprime mortgage adalah IKB, German bank, yang mayoritas sahamnya
dimiliki oleh bank pemerintah KfW. IKB membuat suatu off balance sheet yang
disebut Rhineland yang memasang taruhan cukup besar di US mortgage. Saat
Rhineland kesulitan untuk meningkatkan dana pada sekuritas-sekuritasnya,
Rhineland balik ke IKB yang juga kekurangan dana. Pada 3 Agustus, akhirnya
pemerintah German ikut campur untuk menyelamatkan banknya dengan menyuntikkan
dana ke KfW.
· Masalah juga terjadi pada BNP Paribas. BNP
merupakan bank yang mempunyai asset utamanya tersebar di seluruh wilayah Eropa.
BNP mengumumkan bahwa mereka sedang tergantung pada pemenuhan janji dari 3
sumber pendanaan yang terkait dengan subprime mortgage di US.
· Rating agencies akhirnya menurunkan
rating sebagian besar MBS dan CDO dan bank-bank besar seperti HSBC dan Citibank
membeli kembali SIV mereka ke neraca intern.
· Canadian Bank, CIBC, memperingatkan
para investor akan adanya kerugian yang sangat besar saat ACA, perusahaan
rekanannya dalam proses hedging telah menemukan bahwa bond-bond atau
obligasi-obligasi yang diterbitkannya telah jatuh menjadi junk bond
· Bank-bank yang menderita kerugian
membutuhkan suntikan modal agar dapat bertahan. Beberapa mendapatkan bantuan
dari luar negeri terutama dari perusahaan-perusahaan yang dikontrol pemerintah
di negara yang justru masih surplus. Contohnya Abu Dhabi membeli saham dari
Citigroup, pemerintah Cina membeli Bear Stearns dan Morgan Stanley, pemerintah
Singapura menginvetasikan dananya di Merrill Lynch dan UBS.
· Diluar keadaan perbankan, terjadi
ketegangan sistem finansial dimulai sejak Agustus, yaitu :
a. Ketegangan di pasar MBS dan CDO. Index
ABX-HE mengalami kejatuhan. MBS market dibekukan dan sangat sulit
memperdagangkan MBS meskipun ratingnya AAA.
b. Volume asset backed commercial paper turun
30% dan terjadi peningkatan volatilitas money market yields. Perbedaan annual
yield antara 30 days commercial paper dengan treasury bills yang biasanya
berada pada 25-50 basis point pada awal tahun melebar menjadi 155 basis point
pada 28 Agustus dan pernah mencapai 365 basis point pada 20 Agustus.
· Laporan lehman Brothers manyatakan
bahwa subprime loans bernilai sekitar $1,2 trilyun. Jika harga rumah konstan,
credit losses diperkirakan bernilai $110 Milyar. Jika asumsinya 30-35% harga
rumah turun maka lossesnya bernilai $240 Milyar.
· Pada bulan Desember, index MBS
peringkat AAA diperdagangkan pada nilai 70% dari par valuenya
· Kekhawatiran lainnya adalah bentuk
kredit lain seperti kartu kredit juga akan terimbas. Selain itu, sistem
financial juga berada dalam tingkat leverage yang tinggi. Tingkat utang Wall
Street Firms meningkat dari $300 Milyar pada tahun 2000 menjadi $1,4 Trilyun
pada July 2007.
· FED (Federal Reserve) menghadapi
dilema dalam menentukan tingkat suku bunga. Di satu sisi, Wall Street Frim
menginginkan agar bunga diturunkan, sehingga roda perekonomian bisa kembali
berputar. Di lain pihak, beberapa pengamat melihat bahwa jika bunga diturunkan
akan menyebabkan kebobrokan moral yang
akan membahayakan kembali orang-orang yang terkena krisis subprime mortgage.
Kebijakan keuangan FED mengatakan bahwa pada saat nilai asset naik, kebijakan
tsb tidak berhubungan erat dengan nilai asset tetapi saat harga asset turun di
bawah nilai wajarnya maka kebijakan
ekonomi FED akan berusaha untuk menetralkannya. Akan tetapi performance
kebijakan moneter dari FED bias akibat terjadinya inflasi.
· Dari sudut pandang pihak yang
menginginkan bunga turun, mereka beragumen bahwa bunga diturunkan untuk
mencegah resesi. FED seharusnya fokus pada sistem kesehatan keuangan dan dapat
mengukur kriteria kesehatan tersebut. FED seharusnya bisa melihat keadaan
dengan terjadiya inflasi dan berusaha mencari langkah-langkah perbaikan untuk
membangun kembali pasar keuangan.
· FED tetap mempertahankan rate pada
5,25% sampai 18 September. Sehubungan dengan banyaknya komplain akhirnya FED
menurunkan rate menjadi 4,25% pada 21 Januari 2008.
· Kebijakan yang diambil oleh Fed adalah
secara terus menerus menurunkan tingkat suku bunga, dan menjaga inflasi untuk
tidak jauh dari targetnya.
· Kebijakan-kebijakan yang dilakukan FED
pada 17 Maret 2008 :
a. JP Morgan mengakuisisi Bear Staerns
b. FED membentuk “Term Securities Lending
Facility” untuk mendukung 28 day loans kepada bank-bank investasi. Terhadap
asset-asset, FED akan memberlakukannya sebagai aktiva berharga yang dijadikan
jaminan untuk pemberian loan baru ini dan mempunyai rating AAA MBS.
· Meskipun tingkat bunga sudah
diturunkan kembali, tetap terjadi keresahan resesi karena penyitaan barang
jaminan tetap terjadi. Pemerintahan Bush pernah mengumumkan bahwa rates akan
dibekukan pada beberapa ARM, tetapi pembekuan rate ini hanya berlaku bagi
peminjam yang masih membayar dan mempunyai modal kurang dari 3% di rumahnya.
Akan tetapi ide ini mendapat banyak kritikan karena hanya sedikit orang yang
bisa tertolong. Banyak orang yang menentang kebijakan ini karena kebijakan ini
hanya akan membantu orang-orang yang mampu melakukan refinancing.
· Menurut Badan Pembuat Undang-Undang,
pemerintah dapat menyediakan government loan atau hibah/sokongan dana untuk
membantu orang-orang kesulitan. Beberapa juga berpendapat untuk meningkatkan
jumlah mortgage yang mampu dibeli kembali oleh GSE dan mempermudah
pembatasan-pembatasan yang diterapkan FHA. Akan tetapi ide ini juga mendapat
perlawanan karena meskipun DP sudah diturunkan dari 3% menjadi 1,5%, FHA tetap
berpendapat bahwa loan yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga private tsb yang
sebetulnya melakukan pelanggaran dan mereka senang jika terjadi gagal bayar dan
terjadi penyitaan.
· House Judiciary Committee secara
paralel juga berusaha untuk mengurangi pembayaran cicilan jika nilai kredit
yang belum dilunasi (outstanding value) lebih besar daripada nilai rumah itu
sendiri. Akan tetapi lembaga yang mengeluarkan mortgage menentang kebijakan ini
dengan alasan bahwa hal ini akan meningkatkan cost of borrowing.
· Sebetulnya sudah ada usulan
undang-undang dari House and Senate untuk mengatur industri mortgage itu
sendiri yang bertujuan untuk mengurangi peningkatan “Predatory Lending”. Grup
advokat seperti Centre of Responsible Lending melakukan kampanye untuk
memperkuat hukum anti predatory sepanjang masalah subprime boom. Selama mereka
menerima beberapa hukum negara baru, yang termasuk salah satunya di North
Carolina pada tahun 1999 dan di Georgia pada tahun 2002, permohonan mereka
kepada federal officials tidak didengar. Mengambil sudut pandang yang
berlawanan, VP Dick Cheney membubarkan aturan yang menentang predatory lending
dengan dasar bahwa kita tidak mau mencampuri dasar dari cara kerja pasar.
· Usulan UU yang disampaikan di depan
kongres dengan tujuan untuk memperkuat hukum tahun 1994 yang disebut HOEPA
(Home Ownership and Equity Protection Act), yang melarang praktek pemberian
pinjaman dengan cicilan tinggi. Definisi high cost sendiri di sini adalah
pinjaman dengan interest rate lebih dari 8% di atas comparable treasury rate.
Akan tetapi faktanya, subprime loans tidak masuk dlm persyaratan tersebut.
· Perjuangan FED untuk mengusulkan UU
HOEPA tsb mendapat perlawanan dari industri mortgage itu sendiri. Sebetulnya
usulan UU baru dan Predatory Lending ini mirip. Salah satu penyebab
pertentangan ini adalah komponen dalam UU bahwa ada persyaratan bagi pembeli
subprime mortgage pada pasar sekunder untuk mengambil alih tanggung jawab untuk
segala hal yang tidak benar yang dilakukan oleh penerbitnya termasuk penipuan.
UU ini juga mensyaratkan para broker untuk bertindak untuk kepentingan pihak
peminjam dan melarang broker untuk menggiring pihak peminjam masuk dalam
pinjaman dengan beban yang tinggi.
· Pihak pemberi kredit mengkhawatirkan
bahwa adanya kewajiban pemindahan kepemilikan dapat menyebabkan hilangnya
pasar. Akan tetapi pihak yang mendukung kewajiban ini berpendapat bahwa
meskipun tingkat kesehatan pasar sekunder telah dijaga, selama kewajiban
totalnya tetap dibatasi dan partisipan di pasar ini telah diberitahu tentang
metode penilaiannya, pihak peminjam siapa saja tetap diterima.
· Beberapa ekonom Robert Shilller dari
Yale Univ dan Andrew Caplin dari NYU memberi solusi dimana kreditur seharusnya
menerima apresiasi atas penjualan rumahnya. Kendalanya kreditur tidak akan mau
membiayai rumah tersebut kecuali jika mereka menerima biaya sewa sebagai
tambahan atas biaya apresiasi rumah terhadap sejumlah uang yang sudah mereka bayarkan
di muka. Salah satu usulan untuk mengatasi hal tersebut adalah meningkatkan
bagian rumah yang harus diapresiasikan bagi mereka yang lebih lama menempati
rumah tersebut.
· Peran rating agencies juga ditanyakan.
Kongres sudah mengajukan usulan UU tahun 2006 untuk mencegah rating agencies
memberikan rating yang tinggi dengan cara menerima bayaran dari pihak yang akan
di rating. Issue lainnya adalah bagaimana rating tersebut seharusnya digunakan?
Rating agencies merupakan wakil pemerintah dalam melakukan supervisi dan pada
akhir tahun 2006, peran rating agencies diperluas di bawah pengawasan US
Financial Regulator. Basel II, usulan peraturan yang mengatur minimum kebutuhan
modal bagi bank umum yang tergantung pada rating eksternal asset bank.
· Rating agencies membantah keterlibatan
mereka dalam melakukan kesalahan rating pada saat subprime boom. Mereka
membantah bahwa mereka telah menerima bayaran. Mereka juga menjelaskan bahwa
terjadinya penurunan rating pada semester 2 tahun 2007 mengindikasikan bahwa
performance dari subrpime mortgage yang diterbitkan tahun 2006 memang jelek.
Kemerosotan tersebut masih diselidiki sampai sekarang.
· Basel II juga memperbolehkan bank
untuk menentukan sendiri minimum modal yang dibutuhkan dengan prinsip manajemen
risiko. Pada pertengahan tahun 2007, Goldman Sachs, Morgan Stanley, Merrill
Lynch, Lehman Brothers, dan Bear Stearns mengurangi kebutuhan modal yang dapat
tetap mempertahankan posisi aman bagi asset-asset mereka. Untuk mengawasi
penggunaan model ini, dilakukan :
a. Membatasi range sekuritas yang dapat
dipertahankan oleh highly leverage firms
b. Mengurangi peran harga pasar karena polanya
anomali selama krisis
· Issue lainnya, bagaimana pemerintah
bereaksi terhadap inovasi yang sangat cepat sekali di financial service
industry. Industry ini sudah berkembang sedemikian pesatnya dengan munculnya
CDO, hedge fund, dan SIV. Apakah institusi baru tersebut perlu diawasi dan
diatur? Seandainya dibiarkan berdiri sendiri, apakah regulasi bank dan deposit
yang dijamin pemerintah harus berubah sehubungan dengan kesempatan yang
ditawarkan oleh lembaga-lembaga baru tersebut?
Kesimpulan
· Adanya global inbalance dimana AS
mengkonsumsi lebih besar daripada kemampuannya.
· Krisis ekonomi global saat ini disebabkan oleh
munculnya kredit perumahan terhadap nasabah tidak layak (subprime) senilai 1,2
Trilyun Dollar yang menjadi kredit macet setelah suku bunga pada tahun 2004
dinaikkan dari 1% menjadi 5,25% pada tahun 2006 dan nasabah tidak meningkat
penghasilannya
· Berkembangnya derivatif keuangan
melalui MBS (Mortgage Backed Securities) dan CDO (Collaterallized Debt
Obligations) senilai 480 Milyar Dollar yang dijual kepada investor AS dan
asing. Pemegang CDO terakhirlah yang berguguran karena terimbas kredit macet.
· Krisis meluas melahirkan kelangkaan
likuiditas sehingga dana tidak mengalir ke sektor riil dan mengakibatkan
timbulnya resesi ekonomi karena ekonomi AS yang terbesar di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.