BAB
3
TIPE-TIPE
PERENCANAAN
3.1
PERENCANAAN TERPUSAT,
PERENCANAAN INDIKATIF DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
D
|
itinjau dari segi ideologis dan politis, perencanaan
dibedakan menjadi dua bentuk ekstrim yaitu, perencanaan terpusat (central planning) dan perencanaan
indikatif (indicative planning).
3.1.1
Perencanaan Terpusat
Dalam perencanaan terpusat semua kegiatan sampai kepada
tingkat yang paling rendah dikendalikan oleh pemerintah pusat. Perencanaan ini
diterapkan di Uni Soviet, Cina, Korea Utara, Vietnam dan negara-negara komunis lainnya
sampai pada tahun 1990. Dalam perencanaan ini seperangkat sasaran yang
ditetapkan oleh para perencana pusat merupakan landasan bagi suatu rencana
ekonomi yang lengkap (komprehensif). Fungsi alokatif harga dalam sistem ekonomi
liberal digantikan sepenuhnya oleh arahan pemerintah pada semua tingkat
kegiatan ekonomi. Dengan demikian peranan pemerintah dalam kegiatan ekonomi
sangat besar.
Sejak akhir tahun 1980-an di kebanyakan negara-negara
komunis dimulai reformasi ke arah desentralisasi pengambilan keputusan, baik
dalam bidang ekonomi maupun politik. Intinya adalah memberikan kebebasan dan
peran yang lebih banyak kepada usaha-usaha swasta, dan sebaliknya mengurangi
kegiatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi negara.
3.1.2
Perencanaan Indikatif
Dalam perencanaan indikatif pemerintah bekerjasama dengan
pihak swasta menyusun garis-garis besar proyeksi ekonomi. Perhatikan bahwa
proyeksi ekonomi merupakan unsur penting dalam suatu perencanaan ekonomi.
Perencanaan indikatif adalah perencanaan yang bertumpu
sepenuhnya kepada mekanisme pasar dalam mengalokasikan sumber-sumber produksi
dan hasil-hasilnya.
Perencanaan indikatif sering juga disebut dengan
perencanaan antisiklis (anti-cyclical planning) dan biasanya
diterapkan di negara-negara industri maju (NIM), dimana sektor swastanya sudah
kuat dan pasarnya sudah bekerja dengan baik. Tujuan utama perencanaan ini
adalah untuk memelihara stabilitas ekonomi (atau terbebas dari fluktasi siklis)
dalam kerangka ekonomi yang ada. Kebijaksanaan-kebijaksanaan dan usaha-usaha
yang diterapkan untuk mencapai tujuan perencanaan sebagian besar dilaksanakan
melalui “operasi pasar”. Perencanaan antisiklis (Anti-cyclical planning) juga disebut “corrective planning” karena tujuannya adalah untuk mengoreksi
kecenderungan-kecenderungan tertentu yang tidak menguntungkan dalam
perekonomian negara yang bersangkutan.
Serentetan usaha yang diterapkan oleh negara-negara
kapitalis maju di Barat pada tahun 1930-an adalah bentuk perencanaan
antisiklisdan korektif ini. Eksperimen Blum di Perancis pada tahun 1936-1937
dan eksperimen New-Deal di USA pada tahun 1933 di bawah pemerintahan Presiden
Rosevelt adalah beberapa contoh perencanaan Antisiklis di negara-negara ini.
Undang-undang kesempatan kerja USA pada tahun 1946 adalah
ilustralis lain mengenai perencanaan kolektif. Ide yang melandasi pengaturan
ini adalah untuk mengcounter kekuatan depresi sebagaimana halnya inflasi dengan
mengarahkan dan memandu perusahaan-perusahaan swasta. Belanda mungkin merupakan
contoh negara yang menerapkan perencanaan antisiklis yang paling efektif. Suatu
hal penting yang perlu diingat adalah bahwa pada perencanaan antisiklis
pemerintah membatasi dirinya dari intervensi yang terlalu banyak dalam masalah
ekonomi negara yang bersangkutan, tetapi pada waktu yang sama berusaha secara
aktif memandu dan mengatur perusahaan-perusahaan swasta agar terhindar dari
fluktasi-fluktasi bisnis dalam perekonomian yang bersangkutan. Perencanaan
pembangunan (Development planning)
dapat belajar banyak dari pengalaman perencanaan antisiklis, meskipun suatu
pemindahan teknik yang sembarangan dari perencanaan antisiklis ke perencanaan
pembangunan akan lebih banyak jeleknya daripada baiknya.
3.1.3
Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan, biasanya megandung unsur-unsur
yang terdapat pada perencanaan terpusat dan perencanaan indikatif atau
antisiklis. Ketiganya menghendaki kenaikan income
dan kesempatan kerja. Tetapi terdapat perbedaan yang mendasar diantara
ketiganya.
Sebagai contoh, perencanaan antisiklis mencoba mencapai
pemanfaatan carapenuh sumber-sumber dan kemajuan sosio-ekonomi melalui
keberadaan institusi-institusi di negara maju. Perencanaan pembangunan di NSB,
sebeliknya mencoba mencapai peningkatan income
dan employment dengan mematahkan
hambatan-hambatan struktural yang menghalangi pertumbuhan. Dengan kata lain
perubahan-perubahan dalam struktur sosio-ekonomi tradisional merupakan suatu
prakondisi bagi perencanaan pembangunan. Akselerasi pertumbuhan ekonomi serta
perubahan struktural adalah suatu prakondisi bagi perencanaan pembangunan. NSB
(UDC) di Asia dan Afrika memilih perencanaan pembangunan untuk meningkatkan income dan kesempatan kerja. Perencanaan
antisiklik jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan suatu NSB.
Tugas-tugas umum yang harus dilakukan oleh pemerintah
pada suatu NSB dapat disusun dalam suatu kerangka kerja berikut:
1. Memelihara perdaiaman, ketertiban hukum dan menghilangkan korupsi pada
semua jajaran pemerintahan. Tidak ada suatu negarapun yang dapat membangun
dalam suasana perang dan revolusi pemerintahan yang korup dapat merintangi
jalanya pembangunan.
2. Memberikan jasa pendidikan dan kesehatan, insfrastruktur seperti
transportasi dan energi (power) serta
informasi dalam entuk statistik, survey sumber-sumber daya alam dan
lain-lainnya
3. Menerapkan kebijaksanaan fiskal yang tepat, dan kebijakan-kebijakan dalam
perdangan. Semuanya ini memerlukan lembaga-lembaga ekonomi seperti sistem
perbankan dan sebagainya
4. Mendorong tabungan domestik, baik privat
saving maupun publik saving
sehingga tersedia dana yang diperlukan dalam pembangunan
5. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dijumpai dalam perekonomian serta
berusaha untuk menghilangkannya. Dan melalui seperangkat kebijakan pajak dan
subsidi berusaha mendorong perkembangan sektor pertanian dan merangsang
perkembangan jenis-jenis industri yang cocok untuk dikembangkan di
negara-negara yang bersangkutan.
3.2
PERENCANAAN KOMPREHENSIF DAN
PERENCANAAN PARSIAL
Perencanaan Ekonomi Nasional dapat mengambil dua bentuk
yaitu: a) komprehensif dan b) parsial.
Dalam perencanaan parsial suatu negara mencoba untuk
merencanakan hanya sektor-sektor ekonomi yang penting, katakanlah pertanian,
industri, investasi, tarif dan sebagainya. Juga mungkin negara yang
bersangkutan merencanakan hanya aspek-aspek tertentu dari berbagai cabang
kegiatan ekonomi. Selanjutnya, negara mungkin terpaksa hanya merencanakan
tanaman tertentu tanpa merencanakan lapangan pertanian secara keseluruhan.
Profesor Lewis menyebut parsial planning
sebagai “pice-meal planning” yang
mungkin diperlukan dalam sektor-sektor perekonomian dimana kekuatan-kekuatan demand dan supply keluar dari ekuilibrium. Dus dalam parsialplanning tidak terdapat pretensi untuk menyusun suatu
perencanaan komprehensif dan terintegrasi secara baik. Suatu perencanaan
komprehensif, sebaiknya menyentuh semua aspek dari perekonomian dan
terintegrasi secara tepat sehingga mengcover semuanya. Perencanaan parsial,
pendek kata bukanlah suatu perencanaan. Perencanaan parsial tidak efektif tanpa
diarahkan kepada perencanaan komprehensif. Penyusunan perencanaan parsial
bagaimanapun juga harus menyangkut diskusi mengenai perencanaan umum (general planning).
3.3
PERENCANAAN PERMANEN DAN
PERENCANAAN EMERGENSI
Perencanaan permanen berarti perencanaan jangka panjang.
Perencanaan permanen mempunyai ruang lingkup yang lebih luas. Tujuannya lebih
ambisius dan tidak dapat dicapai dalam jangka pendek. Contoh negara yang
menerapkan perencanaan permanen ini adalah Uni Sovyet.
Sebaliknya perencanaan emergensi bersifat insidentil dan
jangka pendek. Tujuannya adalah mengatasi dis-ekuilibrium yang terdapat dalam
perekonomian yang bersangkutan misalnya untuk mengatasi fluktasi siklis dalam
perekonomian yang bersangkutan.
3.4
PERENCANAAN UMUM DAN
PERENCANAAN TERINCI
Perencanaan umum adalah perencanaan yang berisi
gagasan-gagasan yang bersifat umum mengenai pembangunan pada masa yang akan
datang.
Perencanaan terinci, sebaliknya tidak hanya membuat
panduan yang bersifat prinsip tetapi juga dilengkapi secara rinci dengan
bagaimana prinsip-prinsip ini dipraktekkan.
3.5
PERENCANAAN FUNGSIONAL DAN
PERENCANAAN STRUKTURAL
Perencanaan fungsional adalah perencanaan ekonomi dalam
suatu tatanan sosio-ekonomi yang ada mislanua, kerangka sistem ekonomi yang
kepitalistik.
Perencanaan struktural adalah perencanaan dari suatu
tatanan yang sama sekali baru dengan melakukan perubahan-perubahan yang radikal
dan besar-besaran dalam struktur ekonomi yang ada. Dengan kata lain dalam
perencanaan struktural terdapat gagasan untuk merubah struktur ekonomi.
3.6
PERENCANAAN MELALUI IMBASAN DAN
PERENCANAAN MELALUI ARAHAN
Perencanaan melalui imbasan (by inducement) menganggap adanya perusahaan dalam lapangan ekonomi
secara keseluruhan. Pemerintah kemudian mencoba merencanakan kegiatan ekonomi
secara tidak langsung. Pemerintah hanya mencoba mempengaruhi
keputusan-keputusan ekonomi dan investasi dengan memainkan insentif-insentif
investasi terhadap entrepreneurs melalui
kebijaksanaan fiskal dan moneter, tetapi tidak dengan mengatur atau mengontrol
operasi perekonomian secara langsung. Perencanaan ekonomi sesudah PD II di
Perancis dapat dikatakan sebagai “planning by inducement”. Perencanaan ini
sering juga disebut “indicative planning”.
Perencanaan melalui imbasan (planning by inducement) sering pula disebut “indicative planning’. Esensi dari perencanaan ini adalah dalam
kenyataan bahwa semua pihak yang terkait dengan perencanaan tersebut
diikutsertakan dalam penyusunan perencanaan tersebut diikutsertakan dalam
penyusunan perencanaan tersebut sehingga mereka menjadi ingin berpartisipasi
dalma mencapai berbagai target yang diusulkan dalam perencanaan tersebut.
Dalam perencanaan melalui arahan (planning by direction) terdapat pra asumsi bahwa dalam perekonomian
negara yang bersangkutan tidak terdapat sektor swasta. Jenis perekonomian ini
hanya terdapat di negara-negara komunis (sosialis) seperti Uni Sovyet dan RRC.
Dengan kata lain jenis perencanaan ini hanya bisa diterapkan pada suatu
“perekonomian komando”, dimana pola produksi tidak diatur oleh mekanisme pasar,
melainkan oleh arah-arahan dan komando-komando dari otoritas perencanaan
sentral. Ada beberapa penulis yang menolak “planning
byinducement” sebagai suatu real
planning.
3.7
PERENCANAAN IMPERATIF DAN
PERENCANAAN FLEKSIBEL
Piere Bauchet, seorang ahli ekonomi Perancis membedakan
perencanaan imperatif dengan perencanaan fleksibel. Perencanaan imperaitf tidak
hanya mengcover setiap cabang dari kegiatan tetapi juga merangkul berbagai
aspek industri, dan kesempatan kerja. Perencanaan ini bertumpu kepada
implementasinya pada tatanan yang ada, perencanaan ini dikendalikan oleh Biro
Perencanaan Pusat.
Perencanaan fleksibel, sebaliknya beroperasi dalam
batas-batas proyeksi lebih luas pada sistem tertentu secara keseluruhan dan
terdiri dari sejumlah target yang terbatas, yang biasanya ditetapkan bercabang
(per farm) yang mengizinkan
terjadinya pertimbangan kebebasan dalam tindakan. Perencanaan fleksibel
menetapkan kebebasan dalam tindakan. Perencanaan fleksibel menetapkan tujuan
masing-masing sektor dasar, yang sebagian besar diantaranya bersifat nasional,
tetapi hanya menyarankan target-target untuk sebagian besar dari industri-industri
manufaktur. Dalam perencanaan imperatif, masa depan ditentukan sebelumnya
dengan teliti. Dalam perencanaan fleksibel hal ini hanya ditunjukkan secara
garis besar. Perancis dapat dikatakan sebagai suatu negara yang menerapkan
perencanaan fleksibel.
Secara umum dapat diaktakan, perencanaan ekonomi pada
negara-negara yang menerapkan sistem ekonomi campuran, pemerintah memegang
kendali secara langsung, misalnya dalam penetapan besar dan arah investasi.
Sebaliknya dalam merencanakan sektor swasta pemerintah hanya dapat menggunakan
pendekatan persuasif untuk mempengaruhi ukuran dan komposisi dari prestasi
swasta. Di Prancis, pemerintah menseleksi laju pertumbuhan ekonomi untuk
periode perencanaan tertentu. Para perencana kemudian menjabarkan laju pertumbuhan
tersebut untuk berbagai sektor perekonomian tersebut. Mereka menetapkan
target-target investasi untuk sektor publik seperti halnya untuk sektor swasta.
Target-target untuk sektor publik bersifat perintah (yang harus dilaksanakan),
sementara target-target untuk sektor swasta hanya bersifat indikatif. Tetapi
hal itu tidak berarti pemerintah tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk
mempengaruhi sektor swasta ke arah yang diinginkannya. Perencanaan Perancis,
oleh karena itu, kurang bersifat perintah (mandatory).
Perencanaan di Jepang juga menggunakan pendekatan
persuasi untuk mencapai target-target pembangunan. Tujuan utama perencanaan
adalah untuk memberikan panduan kepada pemerintah dan swasta. Tidak dapat
kontrol terhadap sektor swasta dan hanya sedikit kontrol terhadap sektor
publik.
Di Pakistan perencanaan umumnya diatur oleh pemerintah
masing-masing propinsi dan pemerintah pusat, tetapi tidak oleh sektor swasta.
Perencanaan India tidak membatasi kegiatan sektor swasta meskipun pada sektor
publik bersifat mandatory (perintah).
Dalam diskusi singkat di atas kita dapat mengatakan
perencanaan di Uni Sovyet bersifat komprehensif, tersentralisir, struktural dan
bersifat arahan. Perencanaan di Inggris selama 1945-1951 bersifat parsial,
fungsional, desentralisasi, direksional dan struktural. Perencanaan di India
dapat dipertimbangkan sebagai komprehensif, sentralisasi, struktural secara
parsial (Dari sudut pandangan sektor publik) dan kombinasi perencanaan melalui
imbasan (planning by induced) dengan
perencanaan melalui arahan?????????? yang
menyangkut sektor swasta, diterapkan perencanaan melalui mekanisme harga dan sejauh menyangkut sektor publik diterapkan perencanaan melalui
arahan.
3.8
PERENCANAAN REGIONAL, NASIONAL
DAN INTERNASIONAL
Perencanaan regional menyangkut penggunaan pengendalian
dari pusat atas perekonomian dari area atau daerah tertentu yang mengatur
sebagian dari suatu negara. Perencanaan nasional meliputi semua kawasan di
suatu negara tertentu sementara perencanaan internasional meliputi beberapa
negara yang berada dalam lingkupnya.
3.8.1
Perencanaan Regional
Perencanaan regional paling tidak terdiri dari dua tipe
berikut:
- Kerangka pembangunan ekonomi independen yang tepat untuk suatu region
b. Suatu proses desentralisasi dalam formulasi, implementasi dan supervisi
perencanaan nasional
3.8.1.1 Kerangka pembangunan ekonomi independen untuk suatu region
Contoh yang tepat dari perencanaan tipe ini adalah”
Tennese Valley Authority (TVA) di USA yang dicetuskan oleh presiden Rosevelt
pada tahun 1930-an. Kerangka ini bukan merupakan bagian dari beberapa
perencanaan ekonomi nasional, karena pada waktu itu hal tersebut tidak terdapat
di USA. The Tennese Valley Scheme dilaksanakan dalam kerangka perekonomian nasional
yang tidak terencana.
Perencanaan regional dalam pengertian ini, terutama
ditujukan untuk mengarahkan pembangunan ekonomi ke area atau daerah terbelakang
dalam perekonomian nasional. Perencanaan tersebut oleh karena itu, dapat
memberikan kontribusi yang besar kepada kemajuan ekonomi negara yang
bersangkutan. Tujuannya terbatas tetapi terefinisi dengan baik. Tidak ada
pretensi untuk meletakkan suatu struktur baru pada perekonomian yang aa. Tidak
ada tujuannya untuk mengubah struktur ekonomi yang ada dengan satu atau cara
lain cara. Tujuannya terutama untuk menggiring kepada beberapa pekerjaan umum
baru yang besar seperti pembangkit tenaga listrik, sistem irigasi atau beberapa
instalasi industri yang besar, untuk tujuan pengembangan sumber daya ekonomi suatu
region dan menaikkan standar hidup penduduk region tersebut. Tipe perencanaan
regional jenis ini dipandang oleh beberapa kalangan sebagai sautu laboratorium
perencanaan untuk masa yang akan datang, dimana negara tersebut dapat
bereksperimen dengan perencanaan dengan suatu pandangan untuk menjamin
pengetahuan yang bernilai tentang teknik dan problema perencanaan.
3.8.1.2 Desentralisasi dalam perumusan, implementasi dan supervisi suatu
perencanaan nasional
Tipe perencanaan ini diterapkan dalam kerangka suatu perencanaan
nasional tertentu dengan tujuan memberikan perhatian khusus kepada usaha-usaha
untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan dari daerah tertentu. Untuk melakukan
hal ini pemerintah pusat memberikan kekusaan khusus kepada penguasa-penguasa
daerah untuk mengangkat, melaksanakan dan mengawasi perencanaan yang
berhubungan dengan region itu. Perencanaan jenis ini menjadi lebih penting dan
tidak dapat dihilangkan dalam suatu negara berukuran besar yang terdiri dari
beberapa region dengan perbedaan antar region yang besar dipandang dari sudut
faktr endowment dan keinginan penduduknya untuk mengembangan daerahnya.
Penguasa regional berdasarkan kerangka desentralisasi regional umumnya diberi
kekuasaan untuk merencanakan sektor pertanian, kerajinan tangan, industri
barang-barang konsumsi dan jasa-jasa lokal dalam daerah kekuasannya.
Perencanaan regional juga merupakan perumusan lebih lanjut dari perencanaan
nasional sebagai suatu keseluruhan. Perencanaan seperti ini sangat penting
dalam suatu negara “multinasional” seperti USSR dimana bangsa-bangsa yang
berbeda tinggal pada beberapa region yang berbeda. Perencanaan agar berhasil
memerlukan kerjasama yang erat diantara penduduknya dengan badan perencanaan.
Dalam negara multinasional, perencanaan regional hanya merupakan alat untuk
menjamin kerjasama publik dalam pelaksanaan rencana tersebut.
Perencanaan regional dalam negara kapitalis juga
memainkan peranan yang sangat vital. Dengan berkonsentrasi pada pembangunan
regional negara dapat mempersempit dispartas regional dan dus cenderung
memperkuat kesatuan nasional. Permainan bebas dalam sistem kapitalis sering
mengakibatkan tidak adanya pembangunan ekonomi dan bahkan terjadi konsentrasi
kesejahteraan pada daerah tertentu dengan mengorbankan daerah lainnya.
Perencanan regional merupakan suatu jalan panjang dalam mengembangkan
pembangunan daerah di suatu negara. Rencana pembangunan keempat Perancis
merupakan contoh keberhasilan perencanaan regional.
3.8.2
Perencanaan Nasional
Perencanaan nasional bertalian dengan pengendalian pemerintah
pusat terhadap perekonomian negara bersangkutan secara keseluruhan.
Perencanaan nasional mempunyai tendensi untuk
mempromosikan paham nasional (nasionalisme) atau perekonomian “autarky” yang
pada akhirnya menghasilkan suatu perekonomian tertutup (closed economy).
Meskipun hal ini pada hakikatnya tidak diharapkan dalam perencanaan nasional
tersebut. Perekonomian autarky adalah suatu perekonomian, dimana semua
kebutuhan masyarakat dalam perekonomian negara itu dipenuhi semuanya oleh
produksi dalam negeri. Tujuan perencanaan nasional ini adalah untuk mengarahkan
semua sumber daya yang ada di dalam negara tersebut dengan cara yang paling
rasional. Tujuan ini biasanya tidak dapat dicapai dengan mudah bila
perekonomian nasional terbuka terhadap gangguan-gangguan yang berasal dari luar
negeri. Oleh karena itu adalah tidak benar bila dikatakan bahwa berdasarkan
perencanaan nasional ikatan yang mengkombinasikan unit-unit ekonomi dalam suatu
negara tertentu menjadi semakin kuat, sementara ikatan ekonomi diantara
negara-negara cenderung berkurang. Perekonomian nasional secara total tidak
respek terhadap perekonomian dunia dan menimbulkan konflik dengan konsep
internasionalism. Perencanaan ini menggunakan segala macam jenis trik ekonomi,
misalnya: pengendalian devisa, pengendalian impor, penetapan kuota, pemberian
lisensi, pengendalian impor, pengendalian currency dan lain sebagainya untuk
memperkuat perekonomian nasional dengan mengorbankan perekonomian dunia. Dalam
penerapannya perencanaan ini menciptakan sejumlah hambatan terhadap kerja sama
internasional dan hubungan timbal balik antar negara.
Kemampuan suatu negara untuk menerapkan perencanaan
nasional terutama ditentukan oleh dua faktor:
a. Ukuran negara itu
b. Bagian dari perekonomian itu yang diperngaruhi oleh perdagangan luar negeri
Semakin kecil suatu negara (perekonomian) maka akan
semakin kecil pula ukuran pasarnya. Semakin kecil pasar, akan semakin kecil
pula tingkat pembagian kerja tenaga kerja dan spesialisasi tapak industri
(plants) atau instalasi firm di negara itu. Dalam suatu negara tertentu oleh
karena itu, tipe industri modern tertentu tidak dapat dikembangkan karena
keperluan akan spesialisasi plant tidak mungkin disana. Akan tetapi hal ini
tidak berarti bahwa semakin besar ukuran suatu negara, semakin baik dan tidak
semakin cocok diterapkan sistem perencanaan nasional. Terdapat suatu batas
ukuran perekonomian yang dapat dikontrol oleh suatu badan perencanaan secara
efektif. Pada kasus negara yang berukuran sangat besar harus diadakan suatu
tingkat desentralisasi ekonomi tertentu dalam perumusan, implementasi dan
supervisi perencanaan nasional.
3.8.3
Perencanaan Internasional
Istilah perencanaan internasional sering digunakan dalam
dua pengertian:
a.
Berkaitan dengan situasi, bila perencanaan ekonomi dari
dua atau tiga negara satu sama lain digabungkan sehingga membentuk suatu unit
perencanaan tunggal untuk tujuan-tujuan praktis. Hal ini hanya merupakan suatu
besaran dari area yang dicover oleh perencanaan internasional sehingga
membentuk suatu unit ekonomi politik baru. Misalnya pembentukan federasi
negara-negara Arab pada waktu yang lalu, ke dalam suatu bentuk unit
ekonomi-politik. Federasi tersebut beranggotakan Mesir, Syiria, dan Irak.
b.
Terjadi pada situasi dimana dua atau lebih negara
menyetujui untuk bekerjasama pada isu-isu ekonomi yang menyangkut kepentingan
bersama seperti: dalam hal tarif, pertukaran dan sistem mata uang. Untuk tujuan
ini mereka membentuk suatu badan internasional.
Tujuan perencanaan internasional:
a.
Menghilangkan perang dan memelihara perdamaian
b.
Menghilangkan friksi ekonomi diantara negara-negara, dan
c.
Membantu pembangunan daerah-daerah terbelakang
3.9
TIPE-TIPE PERENCANAAN LAINNYA
Menurut hierarkinya
perencanaan dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Perencanaan makro
b. Perencanaan multisektoral
c. Perencanaan
d. Perencanaan mikro atau perencanaan proyek
Hubungan keempatnya dapat diekspresikan dalam gambar 3.1
Perencanaan
makro
|
Perencanaan
multisektoral
|
Perencanaan
sektoral
|
Perencanaan
mikro (proyek)
|
Gambar 3.1 Hierarki Perencanaan
Keempat perencanaan ini selanjutnya akan dikaji lebih
lanjut dalam Bab IV, VII, dan VIII.
Disamping itu perenanaan juga dapat dibedakan berdasarkan
jangka waktunya, yaitu pendek, menengah dan panjang. Perencanaan jangka pendek
biasanya adalah satu tahun, jangka menengah 4 sampai 6 tahun dan jangka panjang
antara 15 sampai 25 tahun. Pada umumnya perencanaan yang disusun oleh
kebanyakan negara meliputi jangka waktu lima tahun. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya perencanaan tersebut harus melewati anggaran pendapatan dan
belanja negara yang biasanya disusun per tahun. Disamping itu perencanaan lima
tahunan juga harus mempunyai pandangan jauh ke depan, misalnya anatra 15 sampai
25 tahun, perencanaan jangka panjang inii sering disebut perspective plan.
3.10 BEBERAPA CATATAN
Sebagai penutup Bab 3 ini kiranya perlu ditekankan bahwa
perencanaan yang baik adalah suatu perencanaan yang dapat diimplementasikan
(dilaksanakan). Untuk itu badan perendanaan perlu mengadakan konsultasi dengan
pihak-pihak lainnya baik pemerintah maupun swasta. Pihak-pihak ini misalnya
para pejabat pemerintah, wakil-wakil dari dunia usaha industri, pertanian dan
jasa, wakil-wakil dari daerah dan kelompok etnis utama. Konsultasi ini penting
sekali mengingat kalayak ramai harus memahami isi dan tujuan yang hendak
dicapai perencanaan tersebut.
Dengan demikian mereka
mau memandang perencanaan tersebut sebagai milik bersama juga, sehingga
bersedia diajak bekerja sama, berkorban serta bekerja dengan penuh semangat dan
imaginasi ke arah penyelesaiannya. Semuanya ini sebenarnya sulit dilakukan,
tetapi tanpa ini suatu perencanaan hanya akan merupakan suatu dokumen kosong.
Partisipasi pemerintah dan dunia usaha juga diperlukan untuk membuat suatu
perencanaan lebih analitis dan konsisten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.